Lomba Beduk Sahur Samarinda Seberang

Iseng mencoba meng-upload video di youtube, sekaligus aku ingin berbagi keriuhan lomba beduk sahur di kampungku, Samarinda Seberang, Ramadhan lalu. Ada dua kali pelaksanaan lomba beduk sahur dalam waktu yang berdekatan, yaitu pada Jum’at malam (2/8/13) yang diadakan oleh ‘Si Kuning’, dan Senin malam (5/8/13) yang diadakan oleh Pengurus Masjid Shirathal Mustaqiem. Yang sempat kurekam adalah lomba beduk sahur yang kedua. Continue reading

Oyen Datang

Sabtu kemaren sebuah SMS masuk ke hapeku. Ternyata dari seseorang yang telah kutunggu 🙂

Ya, benar saja. Oyen, Si Panda imut dari Kampong Jengkol mengabarkan bahwa dia telah berada di Kota Samarinda setelah hampir seminggu berada di Sangatta, Kutim. Katanya sih kemaren ia habis menyelenggarakan jumpa fans di kebon yang ada di Sangatta. Loh, emangnya siapa aja fansnya Oyen di kebon? Itu tuh, pohon karet :mrgreen: Continue reading

Sebelum Subuh

Ada sebuah kenangan yang sangat melekat di hatiku. Kenangan itu selalu muncul di kala (kebetulan) aku terbangun sebelum subuh menjelang. Kenangan itu berasal dari suara “tarhim” yang sering dikumandangkan dari salah satu masjid yang suaranya terdengar dari rumahku setiap beberapa puluh menit sebelum azan subuh. Continue reading

Tempat Khusus untuk Anak-anak

Berbicara tentang sholat taraweh, sepertinya di berbagai daerah/masjid memiliki kisah yang kurang lebih sama. Biasanya anak-anak tak ketinggalan datang ke masjid untuk turut sholat berjama’ah dengan orang dewasa. Anak laki-laki memakai baju koko lengkap dengan peci dan anak perempuan memakai mukena yang motifnya lucu-lucu.

Beberapa hari yang lalu aku sholat taraweh di masjid yang agak jauh dari rumah bersama dengan tanteku. Pada bagian belakang masjid ini ada semacam pendopo. Kata tanteku, biasanya yang sholat di pendopo ini adalah anak perempuan dan jama’ah wanita yang sholat taraweh hingga delapan rakaat saja. Continue reading

Tour de Psychiatric Hospital

Pagi ini aku dan ibuku ‘jalan-jalan’ ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Samarinda yang sekarang berganti nama menjadi RS Atma Husada Mahakam. Kami kesana dalam rangka mencari informasi tentang klinik rehabilitasi untuk para pecandu narkoba. Loh, emangnya siapa yang nyandu???

Begini ceritanya… 🙂

Mungkin Sahabat pernah baca postinganku yang ini dan ini. Adek sepupuku itu ternyata bukannya bertambah baik, malah bertambah parah. Kini malahan ibuku sangat sering kehilangan uang, selain dari tas/dompet, juga dari warung sembako ibuku. Saat memeriksa kamarnya, ibuku berulang kali menemukan beraneka obat-obatan dan beberapa tube lem 😯 Continue reading

Apa Kabar Dapur Ibuku?

Kemarin aku ‘pulang’ ke kampung seberang untuk menengok ibuku. Setiap aku libur kerja atau bila sempat, insya Allah aku selalu pulang. Kampung seberang ini namanya Samarinda Seberang yang hanya berjarak tempuh sekitar 25 menit dari rumah omku. Ibuku adalah seorang wanita yang lahir di tahun 1941, kini usia beliau hampir kepala 7. Sudah lansia memang. Namun ibuku masih produktif hingga kini. Warung sembako yang telah dirintis keluargaku sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, tetap digeluti beliau hingga saat ini,dibantu oleh salah seorang tanteku. Warung sembako, walaupun kecil-kecilan namun telah lumayan membantu perekonomian keluargaku, karena almarhum ayahku dulu hanya seorang buruh pabrik plywood.

Aku berbincang-bincang dengan beliau mengenai keadaan warung dan perekonomian masyarakat di sekitar RT kami, dimana terdapat sebuah mesjid tertua di Samarinda, yaitu Mesjid Shiratal Mustaqiem. Aku memanggil ibuku dengan sebutan mama (bukan mamah 😛 ). Bahasa sehari-hari yang kami gunakan adalah bahasa banjar, kurang lebih beginilah terjemahannya 🙂 Continue reading

My Memories in Masjid Shirathal Mustaqiem

Alhamdulillah… bertemu  lagi dengan Ramadhan tahun ini. Sebelumnya aku pengen ngucapin “Selamat menunaikan ibadah di Bulan Ramadhan 1430 H, mohon maaf lahir dan bathin. Mudah-mudahan rahmat AllahSWT  selalu mengiringi kita, dan mudah-mudahan ibadah kita lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya…. Amiin…”

Ramadhan selalu mengingatkanku pada masa-masa kecilku. Keluargaku tinggal di Kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang. Tidak jauh dari rumah kami berdiri dengan megahnya sebuah mesjid bersejarah, yaitu Mesjid Shirathal Mustaqiem. Mesjid inilah yang menjadi “playground” bagiku dan teman-temanku.

DSC01398 Masjid Shirathal Mustaqiem ini adalah mesjid tertua di Kalimantan Timur, dibangun pada tahun 1881 oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Assegaf atau dikenal juga dengan Pangeran Bendahara. Nama Pangeran Bendahara diabadikan sebagai nama ruas jalan tempat berdirinya mesjid ini dan rumah keluargaku. Sedikit sejarah mesjid ini dan Kota Samarinda dapat dibaca disini.

Menara mesjid yang tampak sekarang lebih terbuka dibanding dulu. Dulu menara mesjid ada dinding dan pintu yang terkunci rapat, sehingga tidak semua orang dapat pergi ke menara, aku dan teman-teman jadinya sangat penasaran. Berbeda dengan sekarang, siapapun bisa naik hingga ke puncak. Tetapi sejauh pemantauanku, kini jarang ada anak-anak yang bermain di sekitar mesjid ini. Tidak heran sih, karena tempat persewaan PS sedang menjamur di sekitar kampungku. Keponakan-keponakanku saja jarang sekali ke mesjid ini… *sedih*

DSC01400 DSC01402 (yang ini keponakannku 🙂 )

Bagian dalam mesjid yang sangat kokoh, karena bahan bangunan yang digunakan adalah kayu ulin yang sangat kuat. Tiang pokok terdiri dari empat buah tiang yang berasal dari satu batang pohon utuh, tanpa sambungan.

DSC01409Dulu, setiap setelah sholat Magrib kami akan mengaji atau mendengarkan ceramah hingga menjelang Isya. Duduk melingkar di tengah mesjid mengelilingi guru ngaji, atau tertawa ngakak saat mendengarkan hal lucu yang disampaikan oleh penceramah… Continue reading