Pengalaman Pertama Menjadi Orang Ketiga

Lorong rumah sakit umum itu ramai dilalui oleh mahasiswa keperawatan yang sedang praktik lapangan. Waktu menunjukkan sekitar pukul 2 siang, saatnya pertukaran shift antara yang  jaga pagi dan sore. Tampak dua orang sahabat dengan seragam khas mahasiswa keperawatan berdiri di depan bangsal penyakit dalam. Yang laki-laki baru akan menuju bangsal anak di samping bangsal penyakit dalam, sedangkan yang perempuan sudah akan pulang karena sudah menyelesaikan giliran jaganya siang itu di bagian penyakit dalam. Continue reading

Dia Baik-baik Saja

Sebuah memori tentang peristiwa 13 tahun yang lalu….

“Dia baik-baik saja.” Kata Hasan sambil tersenyum. Ia duduk di kursi plastik di samping bed-ku. Kondisiku yang lemah dengan kaki terbalut dari paha hingga pergelangan kaki, membuatku tak dapat kemana-mana. Namun aku sangat penasaran dengan kondisi Adhi, sahabat terbaik kami. Continue reading

Tentang Sampah

Aku berjalan menyusuri koridor RSU Samboja di Minggu pagi yang berhias mendung dan gerimis. Tak terasa hari ini genap sepekan aku berada di rumah sakit ini. Insya Allah besok sepupuku diperbolehkan pulang oleh dokter bedah. Kududuk di sebuah kursi tunggu sambil memijat leherku yang pegal. Kulihat ramai penjaga pasien lalu lalang. Ada yang ke kamar mandi umum, antri pengambilan air panas di dapur atau kegiatan lainnya.

Rumah Sakit Umum Samboja ini usianya relatif muda, belum melewati 10 tahun. Bangunannyapun masih terlihat bagus dan bersih. Namun, meskipun terlihat bersih, tetap saja ada yang menodainya. Misalnya kemarin
ada seseorang yang lewat didekatku dengan santainya membuang bungkus es di selokan. Padahal dimana-mana ada tempat sampah yang lumayan besar. Jadi tak mengherankan bila kulihat banyak kemasan air minum yang mengapung di selokan.

Kejadian seperti di RSU Samboja itu juga terjadi di puskesmas tempat kerjaku. Tempat sampah besar telah disediakan di depan ruang rawat, namun masih saja sampah-sampah dibuang melalui jendela. Akhirnya di samping puskesmas banyak sampah dan berbau.

Kejadian diatas juga kerap terjadi di rumah sakit lain dan tempat umum lainnya. Tulisan ‘JAGALAH KEBERSIHAN’ atau ‘BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA’ tiada bernyawa lagi. Perilaku saat berada di tempat pelayanan kesehatan saja sembarangan, apalagi di luarnya. Pernahkah Sahabat melihat tulisan ‘DILARANG MEMBUANG SAMPAH DISINI’, justru malah di tempat itu yang ditumpuki sampah?

Perilaku yang tidak bijak mengenai sampah ini seolah-olah menjadi tradisi yang mendarah daging di negeri kita tercinta ini. Namun sebenarnya tak mustahil tradisi itu lenyap perlahan. Aku menghayalkan sebuah pergantian generasi, dimana generasi lama dengan sikap kurang baik, tereliminasi dari kehidupan. Kemudian digantikan oleh generasi baru yang memiliki sikap baik dan sehat. Mungkinkah? 😀 Tentu saja sangat mungkin, bila generasi penerus dididik dengan baik serta generasi lama memberi contoh yang baik 😀

Hmm… Pikiranku mengembara kemana-mana. Hari sudah beranjak siang. Gerimis dan mendung tadi telah dihapus oleh sinar mentari yang begitu cerah yang seolah-olah mengisyaratkan semangat baru. Geliat di RSU Samboja semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Leherku masih pegal akibat salah tidur. Aku berjalan kembali menuju ruang rawat sepupuku. Semoga kehangatan minyak gosok, bisa membantu mengurangi pegal di leherku. B-)

________
Apakah tulisanku ini sesuai tema lingkungan hidup? Semoga iya ya 😀

Aku juga nggak bisa ngelink sana sini, karena nggak tahu caranya. Maklum, aku masih menggunakan hape 😀

Kirimi Aku

Tolong kirimi aku…

Setoples coklat lope-lope, isi blueberry jam..
Mendadak pengen banget makan coklat.. 😛

Kirimi aku…

Beberapa setel pakaian
Baik itu yang luar, maupun yang dalam…
(Ehm, sekarang saja minjam daster tante 😀 )

Kirimi juga aku…

Sebotol sampo anti ketombe
Karena tumbuhan itu menghiasi kulit kepalaku
yang lama nggak keramas…

Dan yang paling penting, cepat kirimi aku…

Lappy-ku tercinta
Lengkap beserta koneksi sepidi-nya…

Karena eh karena…

Kemping masih berlanjut, Sodara-sodara!
Padahal aku sudah hampir lumutan berada disini…

Dan rencananya kemping akan berlanjut hingga hari Senin… 😦

Hiks.. Teganya.. teganya.. teganya.. *sing dangdut*

Lagi Kemping

Seumur-umur aku belum pernah pergi kemping. Nah, kali ini aku pergi kemping, tetapi aku kemping bukan di gunung atau hutan, Sodara-sodara! Aku kemping di rumah sakit!

Adik sepupuku yang bekerja di sebuah perusahaan tambang batu bara di daerah Samboja, mengalami kecelakaan kerja hingga harus dioperasi kemarin di RSU setempat. Samboja adalah termasuk dalam wilayah Kab. Kutai Kartanegara. Jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Samarinda. Aku sebagai perawat dalam keluargaku, mau tak mau diutus untuk menjaga sepupuku selama di RS. Inilah yang kusebut kemping, hehehe… (Keknya ada yg protes nih 😀 )

Istilah kemping tentu saja nggak tepat, karena aku dan tante (ibunya sepupuku) menginap di RS yang tidak memerlukan tenda. Usai dioperasi, sepupuku dirawat di ICU. Jadinya semalam aku berjaga di samping bed. Bila kemping sesungguhnya akan merasakan kedinginan karena angin malam, sedangkan aku kedinginan karena ruangan ICU yang AC-nya puoll banget, hehe… Sementara tanteku tidur di luar ICU, karena hanya 1 orang yang diperbolehkan menemani pasien.

Alhamdulillah, sejauh ini kami tak kelaparan. Makanan terus berdatangan dari pengunjung. Bisa-bisa badanku tambah melar nih 😀 Yang kelaparan sih sepupuku, karena belum dibolehin makan banyak.

Setelah diobservasi 24 pasca operasi, siang tadi sepupuku dipindahkan dari ICU ke ruang rawat biasa. Aku bersyukur karena aku takkan kedinginan gara-gara AC lagi… Maklum, ndeso tenan :mrgreen:

Berada jauh dari kota yang ramai, membuatku jenuh juga. Saat kita memerlukan suatu barang, belum tentu tersedia di sekitar RS. Daerah Samboja ini termasuk sepi, menurutku.

Yang lebih menyedihkan, tadi saat aku mengambil obat di apotik, ada obat yang harus dibeli diluar. Menurut pegawai apotik, obat itu bisa tersedia di Kota Balikpapan, yang jarak tempuhnya sekitar 1 jam perjalanan. Owemji, tak ada yang bisa nolongin tuk pergi ke Balikpapan. Ya sudahlah, kuberi tahu saja perawat jaga bahwa aku tak bisa memperoleh obat tersebut. Syukurnya, obat itu bukan komponen utama pengobatan seperti antibiotik.

Hmm.. Rasanya jariku sudah cukup keriting karena ngetik di hape. Sekian dulu postingan ini. Mohon maaf, karena aku belum
1. Berkunjung ke blog Sahabat
2. Membalas komeng yang masuk ke blogku
3. Memuat link sahabat yang ingin bertukar link denganku.

Permisi ya… Aku mau melanjutkan kempingku dulu. Sepertinya masih beberapa hari lagi aku bakal berada disini. Hmm.. Mana persediaan pakaian sudah menipis lagi. Apakah aku mesti mencuci pakaian dan menjemurnya bersama jemuran orang lain? Lah gimana kalo ntar pakaianku ketukar? 😦

Hmm…

Kok Salah Sih?!?!

Sejak awal masa perkuliahan di Akademi Keperawatan, kami para mahasiswa diajarkan berbagai macam praktek tindakan keperawatan dasar, seperti cara memandikan pasien, mengukur tekanan darah, memberi makan pasien dll. Praktek tindakan ini nantinya akan sangat bermanfaat saat kami bekerja di rumah sakit, puskesmas atau klinik. Dosen-dosen kami sangat tekun dalam memberikan pengarahan, karena mereka nggak mau entar lulusannya malu-maluin karena nggak bisa kerja. Continue reading

Sebuah Kebodohan di Masa Lalu

Aku tersadar. Aku membuka mata dan yang tampak pertama adalah langit-langit UGD rumah sakit tempatku praktek lapangan. Hmmm, sepertinya aku sedang terbaring diatas brankar. Di ruangan ini sangat berisik, sepertinya sangat banyak orang disini. Kupandangi sekelilingku, tampak wajah-wajah yang kukenal. Mereka adalah ibuku dan teman-teman kuliahku.

“Kin…” Aminah, teman se-kosku menyapaku pertama kali. Aku membalasnya dengan senyuman. Kusadari bahwa aku baru saja mengalami KLL. Tapi bagaimana kejadiannya?? Ah, aku lupa. Rupanya aku mengalami amnesia retrograd. Aku tersadar dengan baik, berarti (alhamdulillah) kepalaku tidak apa-apa, mungkin pada bagian lain aku mengalami cedera. Pikiranku yang terburuk adalah fraktur.

“Min, fraktur apa aku?” tanyaku pada Minah.

Femur dan Cruris. Ini sudah dipasang spalk. Celanamu tadi digunting supaya gampang masang spalknya.” Jawab Minah, sambil berusaha tersenyum padaku. Benar saja dugaanku, aku mengalami fraktur.

“Oh…” sahutku sambil membalas senyumannya. Aku tidak bersedih dan aku menerima hal ini begitu saja. Kupandang wajah ibuku, dengan ucapan mohon maaf, namun dalam hati saja. Kutahu aku bersalah pada beliau, karena itu aku merasa wajar mengalami hal ini, inilah balasan yang diberikan oleh Allah padaku karena tidak mendengar nasehat ibuku.

Aku baru teringat aku tadi naik sepeda motor dengan temanku. “Adhi mana, Min?” tanyaku lagi pada Minah.

“Oh, Adhi ada di ruangan lain. Keluarganya banyak banget, jadi ditaroh di ruangan lain.”

Kasak-kusuk orang- orang yang berada di ruangan itu masih berlanjut, hingga kudengar salah seorang berbicara

“Eh… teman yang satunya meninggal ya??” Aku kaget… Ah, Adhi meninggal… Lalu dunia gelap.

Saat kumembuka mata lagi, orang yang sama tetap ada di sekelilingku. Kepalaku sakit rasanya. Minah yang rupanya jadi juru bicara, berusaha menenangkanku. Adhi, teman kuliah kami yang baik hati dan tidak sombong 🙂 Aku memang numpang dia naik motor, karena dia ingin pulang ke kotanya yang berjarak 43 Km dari sini dan aku ingin ketemu dengan temanku yang juga adalah sepupunya.

“Adhi nggak meninggal, Kin. Dia cuma koma, lukanya parah banget. Dia dibawa ke ICU.” suara Minah begitu tenang, sehingga aku bisa menerimanya dan kembali menjawab “Oh…”

*****

Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya aku dioperasi. Kupandangi kaki kiriku yang terbalut elastis perban, pahaku tampak membesar dan bengkak akibat perdarahan yang terjadi dan Hb-ku turun hingga 8 mg/dl karena perdarahan itu. Di kamar operasi yang dingin banget aku merasa aman karena beberapa temanku yang sedang praktek juga ada di ruangan itu. Salah seorang perawat OK memasang infus di tanganku. Aku terlelap saat sebuah masker dipasangkan ke wajahku.

Saat kutersadar, badanku menggigil. Rupanya aku sudah berada di recovery room, entah berapa lama aku dioperasi. Kanul oksigen terpasang di hidungku, rasanya sangat tidak nyaman saat aliran O2 itu memasuki hidungku. Teman-temanku sibuk memasang berlapis-lapis selimut padaku, namun tak mampu juga menghalau rasa dingin itu. Ah, ternyata begini rasanya pasca operasi.

*****

Kini aku sudah dioperasi, tulangku sudah disambung dengan bantuan plat dengan sekian biji skrup. Aku mengetahuinya dari dua lembar film hasil foto rontgen, karena kakiku patah di dua tempat. Di ruang perawatan bedah ini aku sangat merasa tidak nyaman. Bukan masalah kamarnya, namun kombinasi dari ketidak mampuanku dan rasa nyeri yang amat sangat pada kaki kiriku. Kusingkirkan rasa malu saat salah seorang adek tingkat membantuku saat buang air besar. Buang air kecil tidak masalah karena kateter terpasang. Orang tuaku serta anggota keluarga yang lain dengan setia menemaniku di rumah sakit, membantu memenuhi kebutuhanku.

Seorang polisi datang dan menanyakan kronologis kejadian kecelakaan itu padaku. Aku tak dapat menjawabnya dengan pasti, karena kejadian kecelakaan itu hanya berupa cuplikan-cuplikan memori yang seperti mimpi, lengkap dengan bingkai awan putih. Persis seperti sinetron. Untungnya ada saksi mata yang menjelaskan kejadian itu pada polisi dan kini kertas berisi reka peristiwa itu ada di tanganku. Dari gambar reka itu, kutahu aku telah terlempar sejauh 8 meter akibat benturan motor yang kunaiki dengan Sebuah mobil L300 warna coklat, dan Adhi sejauh 12 meter.

Adhi… teringatku tentang Adhi, bagaimana kabarnya di ICU sana? Setiap kutanya teman-teman yang datang membesukku, jawabannya sama “Oh, dia masih belum bangun sampai sekarang…” Continue reading