Yang punya hape, berarti orangnya berduit!
Ya, itulah yang tertanam di kepalaku, dulu. Saat aku kuliah di tahun ketiga Akademi Keperawatan, sekitar tahun 2000, dari 60 mahasiswa di kelasku, hanya ada 4 orang yang punya hape. Dua orang bisa punya hape karena disubsidi oleh pacar tajir, yang dua lagi karena mereka adalah pegawai negeri yang sedang melanjutkan pendidikan. Maklum saja, dulu harga handset hape mahal pake bingit! Belum lagi harga kartu perdana dan pulsa yang tidak kira-kira. Bahkan voucher pulsa yang tersedia baru yang nominal Rp 100 ribu. Pokoknya, setiap kali melihat orang yang menenteng hape, aku selalu berpikir pasti orang kaya nih. ๐ Continue reading