Pasien memang aneka macam tingkahnya. Sekian lama bekerja, sedikit banyaknya aku dan rekan-rekan mengenali bagaimana watak beberapa pasien yang kerap datang berobat ke puskesmas kami. Ada yang biasa saja, ada pula yang sulit untuk dihadapi. Continue reading
pasien
Mbah Rusman

Mbah Rusman…
Beliau adalah salah satu ‘langganan’ di puskesmas tempat kerjaku. Dengan bahasa Jawa yang sangat kental, beliau menyampaikan keluhan-keluhan yang beliau rasakan… Continue reading
Terjemahannya di Bawah Ini
Dua orang pria berjalan memasuki ruangan UGD sore tadi. Salah seorang dari mereka sudah cukup familiar bagi kami, petugas puskesmas. Beliau cukup sering datang untuk berobat dengan keluhan yang kurang lebih sama, batuk dan lain-lain. Sebut saja beliau Mbah Misno. Kali ini Mbah Misno datang dengan diantar oleh salah seorang anggota keluarganya. Continue reading
Suntik
Kemarin aku dan rekanku tersenyum oleh ulah seorang pasien. Biasanya pasien yang ingin berobat di UGD tempat kerjaku, langsung kami minta untuk berbaring di bed UGD. Sambil diperiksa tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, denyut nadi, pernapasan), salah seorang rekan akan menanyai tentang keluhannya (anamnesis). Continue reading
You (don’t) know me so well
Pagi itu Suster Nina (anggap saja nama sebenarnya
) melakukan pemeriksaan pada pasien-pasien yang sedang dirawat inap di bangsal. Saat tiba giliran Pak Tono, Suster Nina yang
baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, serta lembut tutur bahasanya, melakukan pemeriksaan seperti biasa. Tanda-tanda vital pasien diperiksa, pasien ditanya-tanyai keluhannya untuk mengetahui perkembangan kesehatannya. Continue reading
Lagi Kemping
Seumur-umur aku belum pernah pergi kemping. Nah, kali ini aku pergi kemping, tetapi aku kemping bukan di gunung atau hutan, Sodara-sodara! Aku kemping di rumah sakit!
Adik sepupuku yang bekerja di sebuah perusahaan tambang batu bara di daerah Samboja, mengalami kecelakaan kerja hingga harus dioperasi kemarin di RSU setempat. Samboja adalah termasuk dalam wilayah Kab. Kutai Kartanegara. Jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Samarinda. Aku sebagai perawat dalam keluargaku, mau tak mau diutus untuk menjaga sepupuku selama di RS. Inilah yang kusebut kemping, hehehe… (Keknya ada yg protes nih ๐ )
Istilah kemping tentu saja nggak tepat, karena aku dan tante (ibunya sepupuku) menginap di RS yang tidak memerlukan tenda. Usai dioperasi, sepupuku dirawat di ICU. Jadinya semalam aku berjaga di samping bed. Bila kemping sesungguhnya akan merasakan kedinginan karena angin malam, sedangkan aku kedinginan karena ruangan ICU yang AC-nya puoll banget, hehe… Sementara tanteku tidur di luar ICU, karena hanya 1 orang yang diperbolehkan menemani pasien.
Alhamdulillah, sejauh ini kami tak kelaparan. Makanan terus berdatangan dari pengunjung. Bisa-bisa badanku tambah melar nih ๐ Yang kelaparan sih sepupuku, karena belum dibolehin makan banyak.
Setelah diobservasi 24 pasca operasi, siang tadi sepupuku dipindahkan dari ICU ke ruang rawat biasa. Aku bersyukur karena aku takkan kedinginan gara-gara AC lagi… Maklum, ndeso tenan
Berada jauh dari kota yang ramai, membuatku jenuh juga. Saat kita memerlukan suatu barang, belum tentu tersedia di sekitar RS. Daerah Samboja ini termasuk sepi, menurutku.
Yang lebih menyedihkan, tadi saat aku mengambil obat di apotik, ada obat yang harus dibeli diluar. Menurut pegawai apotik, obat itu bisa tersedia di Kota Balikpapan, yang jarak tempuhnya sekitar 1 jam perjalanan. Owemji, tak ada yang bisa nolongin tuk pergi ke Balikpapan. Ya sudahlah, kuberi tahu saja perawat jaga bahwa aku tak bisa memperoleh obat tersebut. Syukurnya, obat itu bukan komponen utama pengobatan seperti antibiotik.
Hmm.. Rasanya jariku sudah cukup keriting karena ngetik di hape. Sekian dulu postingan ini. Mohon maaf, karena aku belum
1. Berkunjung ke blog Sahabat
2. Membalas komeng yang masuk ke blogku
3. Memuat link sahabat yang ingin bertukar link denganku.
Permisi ya… Aku mau melanjutkan kempingku dulu. Sepertinya masih beberapa hari lagi aku bakal berada disini. Hmm.. Mana persediaan pakaian sudah menipis lagi. Apakah aku mesti mencuci pakaian dan menjemurnya bersama jemuran orang lain? Lah gimana kalo ntar pakaianku ketukar? ๐ฆ
Hmm…
Kabur
Ia memacu truknya secepat mungkin. Entah berapa puluh kilometer jalan yang telah dilewatinya. Pikirannya hanya satu, pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Ia tak ingin diberhentikan dari pekerjaannya karena suatu kesalahan yang tidak dilakukannya. Bukan ia yang menyebabkan kejadian itu. Orang itulah yang bersalah. Continue reading
PPS : Para Pencari Sinyal
“Lagi kerja ya, Kak?” tanya seorang teman melalui jendela obrolan di fesbuk.
Aku hanya tersenyum dan mengatakan bahwa saat itu aku sedang di rumah. ๐
Di tempat kerjaku sangat minim sinyal, boro-boro mau online. Mungkin karena posisi puskesmas yang jauh dari tengah kota dan agak terlindung oleh bukit. Aku kadang kasihan melihat pasien korban kecelakaan lalu lintas yang berusaha menghubungi keluarganya saat berada di UGD. Sudah kesakitan, ditambah lagi berusaha teriak-teriak di ponsel gara-gara suara pembicaraan yang putus-putus. ๐ Continue reading
Ketika Mbah Siti Minta Suntik
Tidak mempan!
Air mata yang mengalir di pipi Mbah Siti tidak merubah keputusan yang diambil oleh dr. Rini. Pandangan memelas dari Mbah Siti ditambah permohonan yang mengiba, tak membuat dr. Rini bergeming.
โTolong, Dok. Saya minta suntikโpinta Mbah Siti. Continue reading
Dari Pojok Utara Samarinda…
Kumasih menatap hujan…
Seiring bergantinya hari, aku masih berjaga. Namanya juga lagi kena giliran jaga malam, bukan keliling kampung loh ๐
Aku disini, duduk di teras depan puskesmas tempatku bekerja. Ngapain nih, malam-malam masih di teras?? Ini nih salah satu hal yang membosankan, di tempat kerjaku rada susah tuk mendapatkan sinyal GSM, black spot. Namun di beberapa titik terkadang penerimaan sinyal nya lumayanlah, skitar 2-3 bar, sperti posisiku skarang… Biasanya, bila kuingin nelpon, sms or ngecek email, harus nyari2 sinyal dulu… ๐
Hujan mulai berhenti…
Dan aku masih disini, menatap jalan raya Samarinda-Bontang di depan sana, yg dilalui oleh kendaraan yg semakin larut semakin besar pula ukurannya…
Teringat ku pada satu pasien yg tadi datang ke UGD, dengan keluhan nyeri ulu hati. Pasien itu seorang pria, dtg dengan diantar teman2nya, mengenakan kaos bertuliskan BRIMOB. Saat akan disuntik, bapak itu langsung kabur (cuma ke luar ruangan sih… ๐ ) sambil berkata “suster, saya dikasih obat aja… Saya takut disuntik. Daripada disuntik, mendingan saya ikut perang aja dah.” jyah…ternyata si om BRIMOB lbih berani pada peluru dari pada jarum suntik…
Hujan telah berhenti… Dan kabut perlahan merayapi permukaan tanah… Kumasih disini..
Malam semakin dingin…
terucap do’a bagi penderita asma…mudah2an gak kambuh… ๐ mudah2an pengguna jalan malam ini berhati-hati, sehingga gak bakal ada kecelakaan… Mudah2an UGD-ku aman malam ini…
Karena sekarang aku sangat mengantukszzz….
Kabut semakin pekat… Membuat mataku semakin beratzz….-_-”