Di sebuah warung makan, aku asyik menikmati hidangan ayam gepuk yang cukup terkenal di kotaku tercinta. Sambel berwarna kehijauan yang dituang ke atas ayam yang sudah ‘digepuk’ menggugah selera. Rasa pedasnya ‘nendang banget’ bagiku. Continue reading
Makanan
Makhluk Kecil di Mangkuk Bakso
“Mbak, makan rambutan nih.”
Salah seorang rekan kerja menawariku buah yang kulitnya berambut itu. Di atas salah satu meja di kantor digelar rambutan yang terlihat segar. Continue reading
Menyantap Iga di Good Wood Ribs
Best Ribs in The City, inilah tagline yang diusung oleh sebuah resto di Kota Samarinda, Good Wood Ribs. Kehadiran resto ini memperkaya khasanah kuliner di kota tepian. Nama yang unik menjadi salah satu daya tarik yang membuat orang bertanya-tanya, ada apa saja di resto itu? Terlebih lagi tagline-nya sangat mengundang untuk mencicipi, “iga terbaik di kota” ini. Continue reading
Kamu Bisa Masak?
Kamu bisa masak nggak sih?
Menurutku, pertanyaan di atas merupakan salah satu pertanyaan sensitif yang diajukan pada seorang perempuan. Sama halnya dengan pertanyaan “Kamu suka bersih-bersih nggak sih, kalau di rumah?”. Seingatku, sudah lebih dari sekali aku menerima pertanyaan tentang kemampuanku dalam hal memasak. Aku yakin ada di antara Sahabat sekalian -yang perempuan- yang pernah mendapat pertanyaan serupa. Continue reading
Dua Puluh Enam Ribu Dibayar Tunai
“Makannya lima, kopinya dua, semuanya dua puluh enam ribu, Mbak,” ucap ibu penjual sego ceker. Continue reading
Menjajal Kuliner Jalanan di Jatim
Sudah menjadi hal yang lumrah bila jalan-jalan juga disambi dengan wisata kuliner. Selain memuaskan dahaga jiwa akan liburan, perut juga terpuaskan dengan aneka makanan khas di daerah yang kita kunjungi. Begitu pula dalam perjalananku ke Jawa Timur, beberapa hari yang lalu. Kesempatan untuk mencicipi hidangan setempat, tak kulewatkan. Continue reading
Halalan Toyyiban
“Mbak, di resto ini pakai ang ciu nggak?” tanyaku perlahan pada seorang pelayan di restoran yang cukup sering kudatangi. Usai berbelanja barang bulanan bersama tante, kami memutuskan untuk makan siang di restoran yang ada di depan supermarket. Continue reading
Tumbuh ke Samping
Tinggal di rumah di pinggir jalan raya itu memang terlalu banyak resikonya. Selain kemungkinan mengalami kecelakaan karena lalu lintas yang ramai, juga berbahaya bagi isi lemari. Foto di atas kuambil saat salah satu hal berbahaya singgah di depan rumahku. Seporsi tahu seharga Rp 2.000 itu pun tak menunggu lama untuk segera berpindah ke dalam perutku. Continue reading
Cara Membuat Abon Ikan
Sejak dulu keluargaku sangat menyukai abon ikan. Biasanya abon ikan ini disebut “iwak berabuk” dalam bahasa Banjar (Banjarmasin), atau “bajabu'” dalam bahasa Bugis. Emak belajar cara membuat abon ikan dari almarhum nenek. Aku tidak begitu paham, abon ikan ini sebenarnya merupakan makanan khas daerah mana, karena sepertinya jenis masakan abon ikan juga bisa ditemukan di daerah lain.
Iwak berabuk ini dapat bertahan lama, sekitar beberapa bulan, sehingga bisa menjadi lauk simpanan di kala tak punya cukup waktu untuk memasak. Waktu emak berangkat menunaikan ibadah haji, beliau juga berbekal abon ikan ini. Selain untuk lauk, abon ikan juga bisa disandingkan dengan lepat atau buras yang biasanya muncul saat lebaran.
Ikan yang bisa dipakai untuk membuat abon ikan ini bisa ikan apa saja, tetapi alangkah lebih baiknya bila dipilih ikan yang agak besar agar tidak terlalu banyak duri. Biasanya emak membuat dari ikan tenggiri atau ikan cakalang. Terkadang juga ikan kembung, yang jelas emak belum pernah membuat abon ikan dari ikan badeng. 😀
Berikut ini adalah resep abon ikan yang kucontek dari emak.
RESEP ABON IKAN
Bahan-bahan:
- 1 kg Ikan segar
- Santan dari 1 butir kelapa
Bumbu-bumbu yang dihaluskan:
- 1,5 ons bawang merah
- 1 ons bawang putih
- Jahe seruas jari
- Kunyit seruas jari
- Kencur setengah ruas jari
- 1 ons cabe keriting, bila ingin rasa yang pedas, bisa ditambahkan cabe rawit.
Bumbu lain:
- 3 batang serai, dimemarkan
- Lengkuas seibu jari, dimemarkan
- Garam secukupnya
- Gula secukupnya
- Bubuk bumbu karih secukupnya, sekitar sebungkus
- Air asam jawa, secukupnya
- Penyedap secukupnya
Cara membuat abon ikan:
1. Rebus ikan hingga matang, lalu tiriskan dan buang durinya. Sebaiknya ikan ditumbuk hingga halus untuk mendapatkan tekstur yang lembut. (Emak menggunakan lesung dan alu untuk menumbuk ikan).
2. Haluskan bumbu-bumbu.
3. Rebus santan dalam wajan bersama serai dan lengkuas, sampai mengeluarkan minyak. Setelah minyak keluar, masukkan ikan yang sudah dihaluskan beserta semua bumbu. Tambahkan air asam jawa.
4. Aduk terus campuran ikan hingga mengering. Kecilkan api agar abon tidak gosong. Perlahan-lahan warna campuran akan berubah menjadi lebih coklat. Proses ini memakan waktu cukup lama, hingga berjam-jam untuk mendapatkan tekstur yang benar-benar kering dan tahan lama.
5. Setelah kering, abon ikan didinginkan, lalu simpan di tempat yang bersih dan tertutup rapat.
Demikianlah resep cara membuat abon ikan versi emak. Kesabaran juga dibutuhkan dalam pembuatan abon ikan ini, karena waktu yang dibutuhkan cukup lama. Bahkan aku dan emak secara bergantian mengaduk-aduk campuran ikan di wajan. Bila kami cukup lelah atau sedang akan ke luar rumah, maka kami akan melanjutkan prosesnya pada keesokan harinya. Selamat mencoba, Sahabat… 😉
Idul Adha 1433 H
Tahun lalu aku berlebaran Idul Adha tanpa emak, karena beliau sedang berada di Arab Saudi. Tak begitu paham mesti masak apa, akhirnya aku pun membuat perkedel whatever. Kali ini emak ada di rumah. Alhamdulillah, kami bisa mempersiapkan aneka hidangan untuk disantap saat Idul Adha 1433 H. Continue reading