Langkahku gegas, tapi sebuah tangan menahanku. Continue reading
fiksi
Ingin Menulis Apa?
Ayo, yang sedang malas menulis, silakan mengacungkan tangan!
Mungkin aku sendiri duluan mengangkat tangan, mengakui bahwa sekarang aku sedang dihinggapi penyakit lima huruf itu. Bahkan dengan teganya membiarkan blogku terpuruk, jarang update, blogwalking, apalagi menulis fiksi. Rasanya sudah lama aku tidak mengetikkan kata yang hingga ribuan jumlahnya dalam sebuah cerpen. Rindu sih sebenarnya, tetapi apa daya, rasa M itu sedang menguasai. Continue reading
[Prompt #23] Tya
[BeraniCerita #24] Ketika Bunga Layu
Aku menyelipkan sekuntum mawar di kuping bunga pujaan hatiku, Vivienne. Mawar kesekian yang pernah kuberikan. Dan kini aku hanya mendapat keheningan dari gadis itu. Continue reading
[Review Buku] Camar Biru
Judul Buku : Camar Biru: Cinta Tak Selalu Tepat Waktu
Penulis : Nilam Suri
Penerbit : Gagas Media
Harga : Rp 45.000
Tebal : 288 Halaman
Genre: Romance
Tanggal terbit : November 2012
Bila kau masih jomblo 10 tahun yang akan datang, adakah seseorang yang bersedia menjadi pasangan hidupmu hanya karena sebuah janji? Continue reading
Jejak di Rumput yang Sepi
Saat membaca judul yang kutulis di atas, apakah yang terlintas di benak Sahabat? Fiksi banget ya? Memang, “Jejak di Rumput yang Sepi” adalah judul cerpen yang kutulis tahun lalu. Inspirasinya berasal dari sebuah kecelakaan yang menimpa seorang pelajar Sekolah Dasar di samping Puskesmas tempat kerjaku dulu. Batok kepala yang pecah dan darah yang berceceran, menjadi pemandangan yang memilukan saat hari kejadian. UGD Puskesmas dipenuhi keluarga korban serta warga sekitar yang ingin tahu. Continue reading
Cerita di Balik Selembar Kartu Keluarga
Sudah 2 pekan aku bekerja di tempat yang baru. Jenis pekerjaan yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Kali ini pekerjaanku berkaitan dengan jaminan kesehatan bagi warga kota. Benar-benar di belakang meja dan tak ada luka yang harus dijahit. 😀 Continue reading
Bukti Tak Terbantahkan
“Mas…!” Rikmo Sadhepo mengguncang perlahan bahu Mudhoiso. Dibukanya topeng cakil yang dikenakan lelaki yang menjadi lawan mainnya di panggung. Seketika terlihat jelas wajah Mudhoiso yang membiru. Pelakon lain turut mengelilingi Mudhoiso yang telah berubah menjadi jasad. Continue reading
[photofiction] Undangan
“Aku cinta kamu, Mas,” Antika menatap lembut lelakinya di sebuah cafe.
“Iya, aku tahu itu,” sahut Airlangga.
“Apakah kau juga cinta padaku?”
“Haruskah dipertanyakan lagi?”
“Aku bahagia, karena kau ada di depanku saat ini, Mas,” Antika lalu menggenggam tangan kekasihnya di atas meja.
Airlangga merasakan genggaman erat Antika. Iapun mengurungkan niat merogoh tasnya untuk mengambil sebuah amplop berisi undangan, yang bertuliskan namanya dan nama seorang wanita lain.
Nikmati Galau Ini
“Finally, I felt it!” Runa menyeru ke segenap isi kamarnya, termasuk laba-laba yang sudah lama membuat sarang di kolong ranjang. “And this was how it feels… Hahaha…” Continue reading