Coklat Monggo

Sebuah reuni kecil-kecilan SMA N 1 Samarinda  yang diprakarsai beberapa orang temanku, 2 tahun yang lalu di sebuah rumah makan di Samarinda, aku tak bisa hadir. Aku merasa menyesal karena kuyakin acaranya bakal seru, apalagi kami telah berpisah sekian lama. Usai acara reuni, banyak dari teman-temanku itu kembali lagi ke kota tempat mereka tinggal saat ini. Yang lebih kusayangkan lagi adalah aku tidak kebagian souvenir yang dibagikan saat reuni tersebut, yaitu CD yang berisi foto-foto kenangan kami, serta sebatang coklat.

Kok sebatang coklat bisa jadi souvenir di acara reuni teman-teman SMA-ku itu? Awalnya aku juga nggak paham. Ternyata coklat ini bukan sembarang coklat, tapi ini adalah coklat bermerk ‘Monggo’. Namun informasi yang kudengar dari salah seorang teman yang hadir pada acara reuni, tak seberapa lengkap. Ia hanya mengatakan coklat itu dari Jogja.

Hingga pada suatu hari salah seorang teman SMA-ku meng-add aku di fesbuk. Dia adalah Edo, Si Ambon Manise yang kini tinggal di Jogja 🙂 Setelah beberapa chit chat, dia menanyakan padaku apakah aku sudah mencicipi coklat Monggo yang dikirimnya pada acara reunian kemarin. Ternyata oh ternyata, dia adalah bos-nya coklat Monggo itu. 😀 (Ckckck… *geleng2* Gak nyangka, Edo, teman sekelasku di SMA bisa sekeren ituh, haha… Piss, Do 😆 ). Cerita singkat sejarah coklat Monggo bisa dibaca disini.

Mungkin ada diantara Sahabat yang sudah mengenal coklat Monggo ini. Aku penasaran banget pengen mencicipi rasanya, karena aku suka banget makan coklat 😀 Saat kukunjungi website resmi coklat Monggo, untuk wilayah Kalimantan, baru ada dijual di Balikpapan. Wah, jauh juga dari Samarinda, lagian aku juga tak tahu di mana letak tokonya. 😀

Kebetulan saat ke Surabaya kemarin, aku melihat ada coklat Monggo di salah satu rak minimarket Circle K Jl. Mulyosari. Langsung saja kucomot, tapi cuma sebatang saja yang praline berisi krim kacang mete, ukuran 40 gram. Hehe… maklum, karena aku sudah kebanyakan makan bebek dan brownies kukus 😀

Praline-Krim Kacang Mete

Sebenarnya setelah tiba di Samarinda, barulah coklat Monggo yang kubeli kucicipi. Rasanya enak 😀 Berbeda dengan coklat yang telah banyak beredar di pasaran. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, menurutku worth it lah dengan cita rasa yang ditawarkan. Setelah menikmati rasanya, aku langsung laporan ke Edo, melalui jendela chat fesbuk. Hehe… Edo menawarkan bila aku ke Jogja, aku bakalan bisa mencicipi rasa yang lainnya. 😀

Horeeeee!!!! Jadi pengen ke Jogja. Hmmm… kapan ya??? :mrgreen:

_______________________________________

Apa mau dikata…

Mungkin kali ini bukan rejekiku dapat Choclairs dari Gaphe. Nggak merhatiin batasan jamnya sihhh 😦

72 thoughts on “Coklat Monggo

  1. hehe…
    Jadi pengen merasakan lagi cokelat monggo… 😀
    Sumpah, gak beda dengan cokelat-cokelat buatan luar lainnya… 😆

  2. Salam Takzim
    Memang suatu pertemuan itu adakalanya menjadikan penyesalan karena tidak bisa hadir, tetapi terkadang kita bersyukur karena tidak hadir eh dapat kiriman yang sama, monggo dimakan jangan dipajang doang tuh coklat
    Salam Takzim batavusqu

  3. hehehehhe… temennya kakaakin?
    huiii.. kereenn,
    maen-maenlah kak ke Jogja, nanti aku minta dikenalin sama Edo
    😀
    hihihihii,
    yup, cokelat itu lumayan terkenal kak,

  4. Ooooh yang jadi direkturnya orang Indonesia ya?
    Saya lihat dari TVOne katanya yang punya orang bule, orang Belgia. 😀 Ternyata si bule pembuat cokelatnya.

  5. wahh.. kereenn… aku malah baru denger *katrok

    aku pengen nyobain ah, kalo ke jogja

  6. Skrg coklat monggo memiliki saingan berat, mbak. Namanya Cokro singkatan dari Coklat Roso dan sepertinya itu satu kepemilikan dengan pemilik Cokro Telo.

    Cokro telo dan cokro sudah mematenkan diri oleh2 khas jogja, bungkus cokro pun lbh unik krn menggunakan gmbr2 khas yogya atau kendi kecil jdnya cantik, variasi rasanya pun lbh bnyk dan unik, ada coklat rasa jamu segala.di tokonya malah ada yg jual coklat rasa cabe.pokoknya rasanya aneh2 dan unik tp enak.Dg lokasi toko yg banyak jg letaknya strategis semua, smga coklat monggo tdk kehilangan “pasar”nya.

    Pemilik cokro telo itu awal modal buka usaha hanya 200rb namun skrg bs mencapai 10 milyar dlm 1 bln *kata pemiliknya di sebuah situs*.

  7. pabriknya ada dii Kotagede, tapi saya belom pernah mampir. katanya sih yang punya orang bule, Belanda.. tapi nggakk tau juga kalo dikelola sama orang lokal sekarang. hehehe.. emang beda coklatnya, enak dan terutama praline-nya isinya khas. bahkan ada yang make potongan jahe segala.

    salut sama inovasinya, meskipun dari rata-rata harga agak termasuk diatas standar

    • Orang Belgia, Phe…
      Ia bekerja sama dengan orang lokal dalam membangun Monggo 🙂
      Hehe… mungkin harganya jadi mirip harga praline yang dijual di Dapur Coklat ya 😀

  8. Kalau sampean mau berbagi coklat, Monggo saja mbak. Emelku kan sudah ada, ntar tak kirim alamtku 😆

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  9. Risa juga suka banget coklat Monggo ini, mbak…kalo chocodot (coklat isi dodol garut) yang dijual disini, kata Risa sih lewat…hehe, dia udah jatuh cinta pada coklat bikinan negeri sendiri ini 😀

    Mbak, ke Garut yuk!
    Saya traktir makan chocodot sepuasnya deh 😉

  10. Sayang sekali kakak gagal ikut acaranya gaphe. Mungkin lain kali bisa ikutan karena biasanya gaphe sering ngadain kuis2 yang yahud banget lho 🙂

Leave a comment