Pada Sebuah Gang

“Lapan lima lima lapan…”

Terdengar suara seorang perempuan. Ia tak sendiri. Terdengar pula suara laki-laki menyahut. Mereka berjalan di gang berlantai cor beton. Tak salah lagi. Pembicaraan tentang angka cenderung berkaitan dengan togel. Perlahan suara mereka menghilang seiring langkah yang semakin menjauh.

“Oo, Indraaa…” Lagi, suara seorang ibu yang kerap berteriak memanggil anaknya yang suka bermain entah kemana.

“Kenapa, Mak!?” terdengar suara Indra yang tak kalah nyaring dengan suara mamaknya.

“Kemana kamu, Bodoh? Tadi mamak suruh kamu membeli garam. Mana garamnya?”

“Sudah kutaruh di dapur, Mak”

“Kenapa kamu tidak bilangin mamak, Bodoh? Bodoh memang anak ini!”

Lalu hening terdengar usai tapak sandal Indra menjauh. Apakah Indra memang bodoh? Sepertinya anak umur 10 tahun itu tidak bodoh. Tetapi mungkin suatu saat nanti Indra akan menjadi anak yang bodoh. Bukankan do’a seorang ibu sangat manjur…?

Malam pun larut dan terdengar cekakak anak muda di muara gang. Sebuah botol hijau bergambar bintang hadir di antara mereka. Beberapa diantaranya sudah merencanakan akan mengambil posisi di tempat biasa, sekaleng lem sudah di tangan.

Nun di dalam gang…

Sang rentenir menikmati hembusan kipas angin yang menyejukkan. Tumpukan uang sudah siap untuk dimasukkan ke bank, atau diserahkan lagi pada yang membutuhkan. Tempat permainan judi, meskipun tiada gemerlap seperti Las Vegas, berdiri agak doyong di dekat rumahnya. Ia sudah menantikan wajah-wajah kuyu.

Aku berteriak dalam hati…

Ya Allah… lingkungan macam apa yang kudiami ini… 😦

30 thoughts on “Pada Sebuah Gang

  1. Saya menghela nafas panjang kak …
    Hanya bisa berharap … semoga semuanya berjalan ke arah yang lebih baik …
    yang seharusnya …
    yang di Ridhoi oleh NYA

    salam saya Kak

  2. Bener-bener miris ya Mbak. Semoga Mbak Akin bisa merubah mereka dengan yang lebih baik dan itulah lahan dakwah Mbak Akin. Gak gampang memang tapi bukan berarti tidak bisa.

    Kirain cerita fiksi Mbak 🙂 Semoga ini juga menjadi pembelajaran bagi diri saya sendiri bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tetangga kita, saudara paling dekat dengan rumah kita.

Leave a comment