Luka Kan Berakhir

Menyepuh Luka adalah salah satu judul puisi yang ditulis oleh Mbak Ririe Khayan. Saat membaca judulnya sudah terlintas di benak bayangan emas yang disepuh di tempat penjual emas. Menyepuh berarti membalut sesuatu, berupa perhiasan, atau memberi lapisan yang baru untuk menutupi atau memperbaiki lapisan yang lama. Dalam hal menyepuh luka, berarti yang dilapisi atau dibalut adalah luka. Mari kita ulas bait demi bait puisi ini.

Mengurai rasa tak berbingkai pada lipatan hati
Mendesir gelombang haru menggiring perasaan menepi
Pada seserpih luka yang mengering
Kenapa masih mengaruskan pedih perih

Luka adalah sebuah sebuah goresan yang mengenai sesuatu dan bila berkaitan dengan hati maka akan berkaitan dengan rasa sakit. Ini yang diungkapkan pada bait pertama puisi ini. Tak ada yang dapat menentukan dengan pasti seberapa besar ukuran luka di hati, karena itu tiada yang dapat membingkainya. Mbak Ririe menuliskan ‘Pada seserpih luka yang mengering’, menunjukkan ini adalah sebuah luka lama namun masih terasa sakit.

Ku tatap bebongkah awan yang melayang riang
Dengan langit hati yang setia mentasbihkan doa-doa
Pada harap kepantasan siraman nirwana
Menyepuh leluka
Mbak Ririe mengungkan bahwa ia menemukan obat bagi lukanya. Kepada-Nya adalah sebaik-baiknya tempat untuk berpaling, menengadahkan wajah dan kedua tangan. Dia (Allah) adalah Mahapenyembuh yang dapat memberikan balutan terhebat. Luka di hati, mungkin berpuluh jumlahnya, akan diberikan olesan super mujarab.
Kudamaikan kecamuk nurani dalam pemaafan
Agar fragmen-fragmen duka mengatup tuntas
Seperti kisah kita yang tak mungkin diteruskan
Biar usai dalam kemasan kenangan
Hati seringkali tergores oleh orang lain, sehingga menimbulkan luka. Bila kita membiarkan saja luka itu dengan tetap menyandarkan kesalahan pada orang lain atas luka kita, maka hanya akan menyebabkan luka yang semakin menganga lebar. Cara lain untuk membantu penyembuhan adalah dengan memberi maaf pada orang tersebut yang disertai rasa ikhlas, agar tiada lagi yang mengganjal.
Kan  kunikmati setiap intensitas luka kehidupan
Dengan tawa yang masih tersisa
Dan tetap bisa berdiri hari ini, esok, lusa….
Bahwa diantara kepingan rasa sakit , sel-sel bahagia akan slalu bertunas 
Akhirnya Mbak Ririe menutup puisinya dengan semangat. Sebagaimana roda kehidupan yang selalu berputar, sebagaimana kehidupan yang memiliki intensitas turun dan naik, baik dan buruk, sedih dan bahagia. Mungkin masih akan ada luka, namun diantara kedukaan itu tetap akan ada rasa bahagia yang akan mengakhiri luka.
_________________________
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Kidung Kinanthi: Kata dalam Puisi

22 thoughts on “Luka Kan Berakhir

  1. [
    Kan kunikmati setiap intensitas luka kehidupan
    Dengan tawa yang masih tersisa
    Dan tetap bisa berdiri hari ini, esok, lusa….
    Bahwa diantara kepingan rasa sakit , sel-sel bahagia akan slalu bertunas ]

    Ku suka bait terahir mba, penuh semangat hidup. .. 🙂
    Puisi dari mba riri memang dalem, tambah dalem lagi karena di ripiuw sama mba akin. . .
    Weeeeeeeeew, sukses ngontesnya ya. .. 🙂

  2. #maaf baru hadiir di sini

    ‘menikmati’ setiap intensitas luka akan memberikan ‘nikmat’ yg bisa membawa penyepuhan luka lebih cepat…Luka akan sembuh..meski mungkin masih ada bekas, semoga bekas yg membuat kita bs memaknai dan menghargai setiap tetas bahagia dengan lebih bijaksana lagi..bahwa kepingan luka hanya sisi lain dari dari bahagia yang belum datang..

    #TERCATAT SEBAGAI PESERTA#

  3. Lukamu mengering dalam terik
    Sedihmu hanyut bersama hujan
    Biarkan butirannya basuh duka
    Panasnya sirnakan nestapa…

    cemangat kaka…

Leave a comment