Tingkilan

Gambar di atas adalah gambar seorang lelaki pemain musik tingkilan. Tingkilan adalah seni musik yang berasal dari daerah Kutai, Kalimantan Timur. Umumnya alat yang digunakan adalah gambus (semacam gitar) dan gendang. Biasanya dimainkan oleh beberapa orang, ditambah seorang vokalis (atau lebih).  Musik tingkilan juga sering dijadikan pengiring tari jepen, sebuah tari khas Kutai.

Lelaki pada gambar di atas adalah seorang tunanetra. Beberapa tahun yang lalu aku memotret beliau yang sedang melakukan pertunjukan tunggal tingkilan di pasar seni di belakang museum Mulawarman, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Beliau memainkan gambus, gendang, sekaligus merangkap sebagai penyanyi. Aku tidak bisa menangkap bahasa dari lagu yang beliau nyanyikan, entah bahasa Kutai, atau Banjar. Saat aku membuka Youtube, aku menemukan video yang menayangkan bapak itu sedang bertingkilan. Silakan disimak…

Aku teringat, almarhum abahku dulu juga sering memainkan musik tingkilan, meskipun beliau bukan orang Kutai. Beliau membuat sendiri gambusnya, dengan senar-senar yang terbuat dari nilon. Ternyata bakat bertingkilan beliau menurun ke salah seorang keponakanku, Mila. Meskipun ia seorang perempuan, keponakanku yang satu ini juga multitalenta. Salah satu bakatnya adalah memetik dawai-dawai gambus dan mendendangkan lagu tingkilan. Bahkan ia ditunjuk untuk menjadi salah satu wakil Kaltim pada beberapa pertunjukan di Taman Mini Indonesia Indah.

Musik tingkilan cukup dikenal luas di Kaltim. Kuharap kedepannya musik ini juga bisa dikenal luas di seluruh Indonesia.

One Day in Tenggarong

Acara adat  Erau 2009 yang diselenggarakan di Kota tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara telah berakhir hari Minggu kemarin. Ini adalah kali pertamaku ke Kota Tenggarong dalam waktu pelaksanaan Erau, walaupun kota ini hanya berjarak sekitar 1 jam dari Samarinda. Selain tidak diperbolehkan oleh orang tua, juga karena adanya acara ‘belimbur’ pada setiap hari penutupan, yaitu acara siram-siraman.

Siapapun diperbolehkan menyiram yang lainnya tanpa ada perasaan bersalah dan rasa marah. Bahkan ada yang menyiram dengan menggunakan mesin alkon, itu sih menyemprot namanya… 😦 Air yang digunakan untuk menyiram/menyemprot biasanya air sungai, namun tak bisa dijamin kalau airnya ga ditambahkan bahan lain seperti air seni, air comberan atau yang lainnya. Wiihh… ga banget deh… 😦

Diriku beserta rombongan, sengaja datang 1 hari sebelum penutupan. Niatnya sih pengen melihat prosesi-prosesi apapun yang sedang dilaksanakan. Namun ternyata kami tidak menemukan apa-apa, ooops… bukan tidak ada sama sekali sih, tapi sedang tidak ada acara adatnya. Begini nih hasilnya kalau berkunjung tanpa persiapan, tanpa tanya sana tanya sini…

Jadinya kami memaksimalkan yang kami lalui saja, dengan urutan-urutan tempat yang kami kunjungi:

DSC01322 Expo Erau yang diadakan di Stadion Madya Tenggarong

DSC01323 DSC01329 Yah.. yang dipelototin terutama bros penghias jilbab yang banyak dijual di expo ini.

Selanjutnya, ke Museum Mulawarman Tenggarong. Ternyata selama Erau museum ini ditutup untuk umum. Jadinya hanya memandang dari luar dan mengintip ke dalam.. 🙂

DSC01343 (bagian depan museum) Persiapan panggung untuk penutupan

DSC01330 Ini tempat apa ya?? yang jelas ada di bagian depan museum 😛

DSC01333 Bagian dalam museum, tampak panitia sedang sibuk mempersiapkan singgasana sultan dan tempat untuk prosesi adat…. (pantesan dilarang masuk…)

DSC01339 Nah, kalo yang ini adalah salah satu naga yang esoknya akan diturunkan ke sungai Mahakam. Bukan… bukan yang di depan, tapi yang di belakang tuh… kelihatan ‘kan patung naganya… 🙂 Biasanya potongan-potongan kain yang tertempel di tubuh naga akan direbutin oleh orang-orang yang mempercayai bahwa kain tersebut membawa berkah… (another syirik???)

Setelah dari museum dan puas melototin tampang naga, rombonganku berjalan ke halaman belakang museum yang terdapat tempat penjualan cendera mata dan kerajinan lokal. Disini, tentu saja…berbelanja lagi…hmmm

DSC01350

DSC01346 Berbelanja sambil mendengarkan petikan gambus tingkilan, musik khas daerah Kutai. One man show nih… 🙂

DSC01355 Oiya, di samping museum juga terdapat makam para raja. Jadi ingat dulu waktu kecil sering datang kesini bersama ortu, kemudian baca Surah Yasin bersama-sama.

Jalan-jalan ditutup dengan berkunjung ke rumah temannya tanteku. Setelah itu pulang deh…