Korean Street Food Hadir di Samarinda

Saat mengikuti kelas Akber (Akademi Berbagi) beberapa pekan yang lalu, aku mendapat pengetahuan tambahan mengenai passion. Passion ini berkaitan dengan bisnis yang akan kita jalani. Sedangkan passion-ku adalah di bidang kuliner, makanya aku berangan-angan untuk membuka semacam stall, warung atau kios yang menjual pempek Palembang, karena aku merasa bisa membuatnya. Di lain waktu, aku mempertimbangkan untuk membuka warung makanan khas Korea di Samarinda. Aku sudah pernah membuat beberapa hidangan Korea yang resepnya kuambil dari internet, dan menurutku rasanya lumayan.

Eh, ternyata aku sudah keduluan orang lain. Saat aku menyusuri salah satu ruas jalan Kota Samarinda, tepatnya di Jalan P. Antasari beberapa hari yang lalu, aku melihat ada warung tenda yang menjual makanan khas Korea. Namanya Running: Korean Street Food.

Korean Street Food

Korean Street Food

Aku terkagum-kagum melihat warung tenda itu. Warung of my dream gitu loh! 😀

Makanan yang dijual cukup banyak variasinya, mulai dari kimchi, kimbab, bibimbab, bulgogi, tteokbokki, jjajangmyun, ramyun, patbingsu, odaeng, aneka sosis panggang, dll. Bahkan ada Chilsung Cider, minuman yang ada dalam drama “My Girlfriend is a Gumiho”.

Hal pertama yang kutanyakan adalah mengenai kehalalannya. Beberapa makanan dimasak sendiri. Untuk bahan-bahan yang diimpor dari Korea, kata penjualnya bisa dijamin halalnya. Oke, akupun memesan makanan yang sudah lama membuatku penasaran, yaitu jjajangmyun, mi hitam Korea, untuk kumakan di rumah. Jjajangmyun ini dimasak sendiri dengan bahan-bahan lokal, jadi lebih tenang rasanya. Saat kucicipi, jjajangmyun ini sayang sekali kurang berasa bumbunya dan kurang pedas. Namun yang kusukai adalah adanya sejumput kimchi di samping minya, rasanya enak. Kata penjualnya kimchi itu asli dari Korea yang sudah disimpan selama 2 tahun. Wow!

Jjajangmyun

Jjajangmyun

Karena warung tenda itu masih belum representatif, tak banyak bangku untuk duduk. Hanya ada sebuah tikar yang digelar untuk lesehan, itupun sudah diduduki oleh sekumpulan remaja putri yang juga tengah menunggu pesanan mereka. Seorang remaja berbincang-bincang denganku dan menyatakan kegemarannya dan ibunya akan drama Korea. Jadi kukatakan padanya untuk menycicipi kimchi, itu wajib. 😀

Untuk harga, kurasa memang agak mahal, di atas harga makanan lokal. Seperti jjajangmyun di atas, aku harus membayar Rp 25.000 untuk mendapatkannya. Kimchi seharga Rp 30.000 per bungkus, tteokbokki porsi kecil Rp 5.000. Bulgogi seharga Rp 60.000 perporsi. Yang membuatku tersenyum adalah harga kimbab, yaitu Rp 15.000 per 5 potong, dan potongannya kecil-kecil juga. Menurutku lebih baik membuatnya sendiri di rumah, lebih murah dan lebih puas. 😆

Secara keseluruhan, aku cukup merasa antusias dengan kehadiran Korean Street Food ini, karena bisa memenuhi rasa penasaran para penggemar drama Korea atau K-Pop akan makanan khas Korea. Semoga aku bisa menyusul untuk menjual makanan khas Korea di Samarinda.

18 thoughts on “Korean Street Food Hadir di Samarinda

    • Eits, jangan salah. Aku kan udah sering bikin berbagai makanan khas Korea. Cuma aku pengen cicipin yang belum pernah kubuat aja. Hehe…

  1. Kalo jual Pempek Palembang, aku bersedia jadi relawan… (relawan ngosongin piring)

    Aku pernah nonton di tv, jjajangmyun kok di subtitlenya di-translasikan jadi mie China, ya?

  2. owaaa, owe udah sering ke KFS ini. minumannya perkaleng 25ribu-_- yg paling murah baso ikan deh, 4rb pertusuk. kalo bulgogi kata mas yg jualnya kalo makan disitu harganya 60rb+minuman kalengnya itu 1 kaleng, kalo dibawa pulang 50rb tp ga dapet minumannya.
    itu odeng ama bibimbap nya baru deh. kemaren-kemaren belum ada.

Leave a comment