Siapa yang bisa menjaga harimau? Harimau adalah kucing besar yang bisa dijadikan sahabat manusia. Namun tak ada yang menyangkal bahwa harimau juga merupakan binatang buas. Ia sewaktu-waktu bisa saja menyerang orang yang menjadi tuannya. Tak ada yang dapat menjamin bahwa hal itu tidak akan terjadi.
Hal di atas mengingatkanku pada sebuah ungkapan yang sangat populer, “mulutmu harimaumu”. Mulut adalah alat bicara yang kita miliki. Kemudian disamakan dengan harimau karena apa yang terucap dari mulut, bisa berbalik menyerang kita. Keceplosan, mungkin itulah awal permasalahannya. Kala kita sedang nyaman-nyamannya berbicara, yang ingin diucapkan terus saja keluar dari mulut tanpa melalui penyaringan di otak. Akhirnya, ada yang sakit hati kala mendengar ucapan kita, bahkan masalah bisa berkembang menjadi lebih besar. Inilah yang pernah kualami bertahun-tahun yang lalu.
Ada seorang teman yang baru kukenal selama beberapa bulan, namun menjadi cukup akrab denganku karena kami memiliki minat yang sama. Namanya Bayu (bukan nama sebenarnya). Ia seorang laki-laki yang gaya bicaranya lembut, namun ia tetap lelaki tulen. Setelah selang beberapa waktu aku baru mengetahui bahwa ternyata rumahnya dekat dengan rumah teman SMP-ku, sebut saja namanya Yati. Suatu ketika saat aku berbincang-bincang dengan Yati. Pembicaraan berjalan dengan ceria dan melebar hingga membahas tentang Bayu.
“Bayu itu agak gemulai ya…”
Itulah salah satu kalimat yang diucapkan Yati. Aku tidak masalah dengan ucapan itu, tidak mengiyakan tidak pula menyangkal. Bagiku, Bayu adalah teman yang baik dan menurutku selama ini tidak ada keanehan pada sikapnya.
Beberapa waktu setelah itu aku bertemu dengan Bayu. Usai berhaha-hihi, akupun terucap kalimat yang pernah dilontarkan oleh Yati tentangnya. Aku tak bermaksud apa-apa, karenanya kalimat itu meluncur dengan mudah dari bibirku.
“Yati bilang kamu rada gemulai…”
Duarrr! Aku merasakan seperti itulah gambaran emosi yang tiba-tiba menyeruak dari diri Bayu.
“Memangnya Yati itu siapa, berani-beraninya mengatakan aku seperti itu!”
Bayu marah! Ya, tentu saja ia akan marah bila dikatakan seperti itu. Ya Allah, bodohnya aku. Ingin rasanya kutarik kembali kata-kataku namun apa daya, yang sudah keluar tak bisa ditelan kembali. Memukul mulutku juga tak akan membantu.
Menenangkan Bayu dan meyakinkan dia bahwa mungkin sebenarnya Yati tidak bermaksud menyinggungnya, hanya itu yang dapat kulakukan selain meminta maaf yang sebesar-besarnya atas ucapanku. Aku sangat khawatir bila ia kemudian datang ‘menyerang’ ke kediaman Yati, karena rumah mereka yang berdekatan. Hanya gara-gara mulutku, hampir saja keributan terjadi. Bila memang keributan terjadi, akulah yang paling bersalah dan sudah dapat dipastikan aku akan mendapatkan berbagai macam label. Mungkin aku disebut penghianat teman, bermulut ember, tidak amanah dan entah apa lagi.
Syukurlah Bayu adalah lelaki yang baik. Aku jadi lega. Namun setelah kejadian itu aku merasa kurang nyaman terhadap Bayu. Ada rasa bersalah yang menyelinap di hatiku. Aku tak pernah lagi menghubunginya, begitu pula dengan Bayu. Namun pernah sesekali kami bertemu, kami bisa bertegur sapa dengan riang. Pun dengan Yati. Aku juga jarang menghubunginya, Namun kami tetap berteman dengan baik dan hampir setiap kali lebaran, aku datang ke rumahnya.
Bila kita melihat ke sekeliling, atau mungkin dari pengalaman kita sendiri, banyak kejadian yang tidak mengenakkan akibat ketidakmampuan menjaga harimau ini. Persahabatan bisa melayang, bahkan tidak menutup kemungkinan ada yang membawa persoalan tersebut ke meja hijau. Ini adalah salah satu pelajaran berharga bagiku agar aku pandai-pandai dalam menjaga mulutku, harimauku.
Bagaimana dengan harimaumu, Sahabat?
se7! 😦
thank you… 😦
Waduh, serem juga ya kalau salah bicara gitu…
Aku kadang juga salah ngomong tapi tetep berusaha buat gak asal ngomong hihihi
He-eh, Na… Kadang kalo keasikan ngomong, mulut ya lupa direm-rem gitu 😦
saya pernah juga mbak, gara-gara omongan satu ucap, bisa merubah jalan hidup orang. menyesalpun tak ada artinya. tp bisa dijadikan pelajaran hidup, untuk lainkali berhati-hati.
makanya ada pepatah mulutmu harimaumu.. jd bener2 hrs di jaga ya 🙂
Daripada menerkam diri sendiri…
..
sekarang gak hanya mulut yang musti di jaga, tangan buat ngetik juga harus dijaga supaya gak nulis yg menyinggung orang lain.. ^^
..
Hehe… sekarang era internet dan social media, mesti hati2 sebelum ngeklik “publish” ya… 🙂
Kirain harimau beneran atau harimau jadi2an. Kalau harimau (mahluk halus) sih biasa jaga kampung saya hehe. Kalau soal mulut, memang saya gak pandai menjaganya nih, padahal dampak salahnya luar biasa ya mbak 🙂
Wah… ternyata ada harimau yang berupa makhluk halus… Hiiiii
Mudah2an kita selalu bisa menjaga ucapan kita termasuk tulisan2 di dunia maya.
Bener banget, agar tidak berbenturan dengan orang lain 🙂
salah-salah ucap berakibat buahaya
kadang2 emang suka keceplosan ya…
pernah juga ngalami…
Semoga tak melukai orang lain ya, Mbak…
Awalnya jaga harimau yang binatang ternyata jaga ucapan toh mbak. Semoga niar bisa jaga harimaunya yaa 😀
Semoga harimaunya jinak yaa 🙂
Lihat gambarnya aja saya udah takut Mbak 🙂
Semoga kita bisa menjaga lisan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelumnya saya juga mohon maaf apabila ada komentar saya yang kurang berkenan di hati Mbak Akin.
Profesi yang harus selalu kita miliki adalah menjadi pawang harimau untuk diri sendiri, agar kita bisa menjaga mulut kita yang layaknya harimau ini.. 🙂
seremnya dah kaya hidup
yup betul banget apalagi kalau udah berkeluarga harus jaga banget ucapan jangan sampe ada ucapan2 yang melebihi batas dan berujung pada kehancuran..
Kak, bulan kemarin di TRMS Banjarnegara baru ada korban karena harimau. #serius dan sekilas info. 🙂
Menjaga lisan itu memang lebih susah ya, kak.
Ajining diri soko lati. . . ^_*
Mulai besok, harimauku tak rantai…
Thanks udah sharing & mengingatkan…

ada kata “mulutmu adalah harimaumu”
nice sharing….. 😀
semoga bisa menjaga harimauku kak
aku juga, semoga juga mampu menjaga harimauku
jika perlu kita buat suaka margasatwa khusu harimau Kak, biar ga keluyuran kemana-mana
Iya ya Ka, memang harus dijaga dg baik si harimau ini..
memang yang paling tajam itu lidah manusia kak akin 😀
Yah namanya kita juga manusia biasa mbak Akin, tak luput dari kesalahan. Yang paling penting kita telah menyadari kesalahan tersebut, take it easy..Bayu juga pasti ngerti bahwa Mbak Akin keceplosan…Tidak bermaksud menyakitinya..