Apakah Sahabat cukup familiar dengan tumbuhan yang bernama Gnetum gnemon? Mungkin saja tidak. Namun aku yakin Sahabat mengenal aliasnya dalam bahasa Indonesia, yaitu melinjo. Di negara kita, melinjo banyak digunakan sebagai bahan makanan. Daun, bunga dan buahnya biasa dimasak menjadi sayur asam. Yang terbanyak adalah penggunaan biji melinjo yang dijadikan emping melinjo.
Entah mengapa emping melinjo menjadi semacam makanan/camilan khas saat lebaran. Memang sebenarnya emping melinjo selalu ada di sepanjang tahun. Namun saat tiba jelang lebaran, permintaan akan melinjo menjadi sangat tinggi. Banyak orang yang memilih emping melinjo sebagai bagian dari pengisi toples saat lebaran.
Sejak memasuki Ramadhan, saat aku ke pasar, aku melihat dus-dus melinjo banyak tersebar di sana-sini. Yang menarik perhatianku, ada salah satu merek melinjo yang pada dusnya menuliskan nama latin dari melinjo (Gnetum gnemon).
Karena aku mendapat giliran jaga malam di puskesmas saat malam Idul Fitri, jadinya aku tak banyak membantu kegiatan beres-beres rumah yang serupa kapal pecah. Sebenarnya aku kasihan dengan emak, namun apa mau dikata, tugas adalah tugas. Saat pulang kerja dan tiba di rumah menjelang siang tadi, emak menyisakan tugas untukku, yaitu menggoreng emping melinjo. Rupanya emak juga tak ingin ketinggalan turut menyajikan emping saat lebaran.
Oh iya, meskipun di rumah kami menyajikan emping melinjo dan kami sangat menyukainya, namun aku dan emak tak berani banyak-banyak memakannya. Maklum saja, kandungan purin yang tinggi pada melinjo bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Bisa-bisa pesendian kami terasa nyeri dan bengkak di sana-sini jadinya. Namun ternyata dari sumber bacaan di wikipedia mengatakan bahwa ternyata melinjo itu sebenarnya tidak meningkatkan asam urat. Konsumsi berlebihan dan penggunaan minyak untuk menggoreng empinglah yang bisa meningkatkan kadar asam urat. Berarti melinjo yang ada pada sayum asam aman untuk dimakan, tentu saja dalam batas jumlah yang normal. 🙂
Alhamdulillah, meskipun lebaran kali ini termasuk lumayan hemat bagi keluargaku, setidaknya kami tetap senang karena ada beberapa toples yang menghiasi meja tamu. Isinya juga cukup sederhana, ada coklat buatanku, kue semprit kiloan yang dibeli dengan harga miring, serta tak ketinggalan emping melinjo.
Bagaimana dengan Sahabat? Apakah di rumah Sahabat juga menyajikan emping Gnetum gnemon? 😀
Sekalian aku ingin mengucapkan :
Selamat Idul Fitri 1433 H
Mohon maaf lahir dan batin
Besar harapan semoga kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan mendatang
Kaka Akin
Di rumah juga ada lho goreng Gnetum Genemon. Di antara nama latin tumbuhan, yang saya tahu dari SMA cuma Genetum Genemon sama Oryza Sativa haha. Met Lebaran jugaaa, yaaa 😀
Hehe… sama, aku juga ingatnya itu. Oiya, sama Aloe vera juga 🙂
Sepertinya emping melinjo utk hidangan lebaran di daerah tertentu saja Mb Akin. Di kampung saya serpong, emping ini seringnya cuma terlihat di warung soto..atau sebagai cemilan di meja2 resto. sebelum hidangan tiba, nyemil dulu.
met lebaran Mb Akin 🙂
Iya ya, Mbak… Di warung2 memang sering menyajikan emping. Sering males ngambilnya, soale takut ntar harganya dimahal2in 😀
Aaahhh …
ini kerupuk yang paling ueeennaaakkk !!!
Saya saya sudah tidak kuat lagiiii …
Musti direndam kuah opor duluuuu … hahahah
Selamat Idul Fitri Kak
Mohon Maaf Lahir Batin
salam saya
Dicampur bubur ayam juga pas banget ya, Om 🙂
Wuidiiiiih, enak buangget tuh 😀 Untung dah gak puasa hehehehe
Selamat Idul Fitri ya, Say, maafkan lahir dan batin 🙂
Enak, tapi gak boleh banyak-banyak 😀
di rumahku pun ada 🙂 enak asin-asin
selamat hari idul fitri ya mbak.. taqabbalallhu minna waminkum
Rupanya samaan ya sajian lebarannya 🙂
Meskipun ada rasa pahitnya dikit, tapi tetap enak 😀
maaf lahir batin juga mbak 🙂
sebenernya dirumah ada melinjo mentah, tapi masih malas diolah 😀
maunya dibikin melinjo madu, tapi rasa malasnya masih menang 😀
Hehe… keknya ribet ya kalo bikin melinjo madu. Beli lebih gampang 😀
sayangnya jauh sih mo lebaran ke rumah mba Akin, padahal sya penggemar berat emping lho 😀 tapi saya gemar makannya aja, kalau disuruh nggoreng dulu emoh hahaha …
selamat idulfitri ya mba Akin, maafkan khilaf saya dalam bertukar kata selama ini.
Ayo, jalan2 ke Samarinda 😀
Maaf lahir batin yaaa 🙂
di rumah aku gak ada mbak..
melinjo biasanya ada klo ada soto padang..
slmat lhir bthin,ya mbak
Keknya melinjo memang cocok untuk berbagai jenis soto nusantara yaa 🙂
mohon maaf lahir batin kak, kalau disini emping itu utnuk teman makan nasi loh bukan untuk cemilan
Kalo saya lebih suka dicemilin dari pada dijadiin teman makan nasi, Mbak 🙂
Dulu ada tukang yang bikin emping melinjo didekat rumah, sayangnya yang satu sudah meninggal dan yang satunya tidak meneruskan lagi. Walhasil pohon melinjo depan rumah hanya dimanfaatkan daun mudanya untuk sayur. Lebih suka emping melinjo yang kecil bumbu balado 😀
Emping Melinjo aku sukaaa…
Emping Garut juga gak kalah enak lho mbak 😀
Itu terbuat dari apa ya?
nanya om gugel aah 🙂
Melinjo enaknya pake bubur ayam..
Aku dulu penah dengar, katanya melinjo bagus untuk penderita diabetes. Gak tau deh benar atau gak..
Pas banget tuh di bubur ayam. Ayo, kutraktir makan di bubur ayam samarinda seberang 😀
Yang tentang Diabetes, aku baru dengar.
Aku juga suka emping mba, tapi yang gede2 yang manis.
kalau yang pahit tak sukeeeeeeee. 😆
Met lebaran ya, Mba. Mohon maaf lahir dan batin. ^_*
Yang pedes juga enak ya 🙂
Tadi sempat bingung ketika baca Gnetum gnemon. Tapi setelah baca penjelasannya, akhirnya jadi paham.
Kebetulan di kebin mertua ada beberapa pohon Gnetum gnemon yg buahnya cukup banyak.
Untuk mengubahnya sampai ke bentuk emping yang siap olah, biasanya menggunakan jasa orang lain yang memang pekerjaannya mengolah melinjo sampai berbentuk gepeng2 itu.
Pernah juga nyoba sendiri, tapi hasilnya nggak bisa tipis.
Selamat Idul Fitri, Kakaakin..
Mohon maaf atas segala salah dan khilaf ya.. 🙂
Emping Melinjo..? Aih.. itu kesukaan kami sekeluarga..
Kalau ke warung makan Padang, cobalah minta emping yang disiram kuah gulai ayam.. Wuih.. itu maknyus tenaaann.. hahaha.. 😀
Minal Aidin Wal Faizin ya kak. Mohon maaf lahir dan bathin. Semoga ramadhan kemarin menjadikan kita sosok yg mampu meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Oh ya, belinjo memang udah menjadi tradisi yg harus dihidangkan tiap perayaan lebaran, termasuk di Samarinda. Rasanya tidak lengkap kalau tidak ada kerupuk tsb ya 🙂
Akin.. Met idhul fitri juga ya.. Mohon maaf lahir batin… Wah emping mlinjo ya… Kalau di mertuaku khasnya itu mete..kacang mete gitu…..
[…] atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), khalet (Bahasa Kamboja). Biji melinjonya dibuat emping, daun (sering disebut so) untuk penyedap sayur asem dan dibothok dan kulit buahnyapun disajikan […]
[…] chicken porridge was contain of rice porridge, chicken, fried peanuts, gnetum gnemon chips and green onion. There was a small bowl of kerupuk for side dish. I thought that the portion […]
[…] KTA Bank MandiriLebaran dengan Gnetum gnemon […]