Dear Pahlawanku – Selamat Naik Kelas ya, Bulik Wien

Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh

Bulek Wien sayang…

Pagi ini saya memasuki halaman puskesmas sambil menengok ke pojok dekat tembok pagar puskesmas. Sebenarnya sih bukan cuma pagi ini, hampir setiap kali saya jaga pagi atau setelah jaga malam, saya selalu memandang ke pojok itu. Sangat bahagia bila Bulik ada disitu. Sayangnya pagi ini Bulik tidak ada, terpaksa saya membiarkan perut ini lapar lebih lama karena belum sarapan. Pastinya Jeng Sri dan teman-teman yang lain juga sedih. Maklumlah, rumah kami kan jauh, sehingga kami tak sempat sarapan karena takut terlambat berangkat kerja.

Bulik Wien, warung Bulik adalah penyelamat kami di pagi hari. Tidak nyaman rasanya bekerja dengan perut yang keroncongan, melayanai pasien jadi kurang maksimal. Apalagi menurut pakar kesehatan, sarapan itu sangat penting untuk kesehatan. Kami semua suka makan nasi urap buatan Bulik. Sebenarnya semua masakan Bulik itu enak-enak, tetapi bumbu serundeng urap Bulik itu selalu kami rindu-rindukan. Mengapa sekarang sudah jarang masak urap, Bulik?

Saya sangat berterima kasih pada Bulik, karena selama ini sudah menyediakan sarapan yang enak di warung Bulik. Dengan Rp 5.000 sudah bisa dapat sarapan nasi urap, atau saat tanggal sedang tua-tuanya, makan gorengan harga seribuan 2 buah pun sudah bisa membuat perut kenyang karena ukurannya besar-besar. Ah, Bulik memang baik hati, apalagi Bulik tak marah saat kami hampir menghabiskan stok sambal Bulik. šŸ˜€

Mengapa Bulik tidak berjualan hari ini? Apakah penyakit kencing manis Bulik kambuh lagi? Akhir-akhir ini sepertinya warung Bulik sering tutup. Ini berarti kami harus pergi berkilo-kilometer jauhnya untuk mencari warung lain yang buka. Bila benar Bulik sedang sakit, menurut saya baik juga bila Bulik tidak berjualan dulu untuk sementara. Bulik memang perlu beristirahat. Saya ingat dulu Bulik tetap memaksakan diri untuk berjualan, padahal badan sedang lemas. Bekerja pada bagian loundry di puskesmas dengan gaji Rp 300.000 per bulan memang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan Bulik dan keluarga, tetapi Bulik tetap harus memperhatikan kesehatan Bulik. Kami tak ingin bila Bulik kembali harus dirawat di puskesmas karena kesehatan Bulik yang menurun.

Oh iya, saya teringat cerita Bulik di warung. Cici, anak Bulik sudah akan menikah ya. Selamat ya, Bulik. Saya senang banget mendengarnya. Apalagi calonnya Cici insya Allah adalah orang yang baik. Mengapa saya sebut sebagai orang baik? Karena seperti yang Bulik ceritakan, laki-laki itu sudah sangat baik terhadap Bulik dan Paklik. Rumah Bulik diperbaiki sedikit demi sedikit dan yang terpenting adalah ucapannya. Dia mengatakan kepada Bulik agar tidak memaksakan diri untuk berjualan di warung, karena setelah menikah dengan Cici nanti mereka akan memberikan uang secara rutin setiap bulannya kepada Bulik dan memenuhi berbagai kebutuhan Bulik. Subhanallah.

Bulik Wien sayang…

Saya ingin mengucapkan selamat pada Bulik. Meskipun kemungkinan nantinya Bulik akan jarang buka warung, kami tetap akan merasa bahagia untuk Bulik atas rencana pernikahan anak Bulik. Saya jadi ingat, dulu saat ingin menelpon, Bulik akan meminjam HP kami, anak-anak puskesmas. Tapi sekarang Bulik sudah naik kelas. Bulik sudah pandai menekan-nekan tombol HP layar warna punya Bulik. Juga tak perlu ‘ngoyo’ lagi dalam mencari duit dan insya Allah takkan terlilit utang lagi. Alhamdulillah…

Bulik Wien, saya ingin berpesan, agar Bulik semakin bersyukur dengan segala kenikmatan dan rizki yang dilimpahkan Allah Ta’ala kepada Bulik sekeluarga. Semoga keberkahan selalu melingkupi Bulik sekeluarga.

Oh iya, tambah satu lagi pesannya. Bila Bulik membuat urap dan gorengan yang banyak, bolehlah datang dan tawarkan ke puskesmas. Insya Allah kami akan memborong dagangan Bulik dan Bulik tetap bisa menjadi penyelamat kami di kala perut kami lapar karena jarang ada penjual makanan di sekitar puskesmas yang jauh dari kota ini. šŸ˜€

Terima kasih ya Bulik sayang, karena selama ini Bulik telah memenuhi perut kami dengan makanan yang enak dan Bulik juga telah menjadi bulik yang sebenarnya bagi kami.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

______________________________

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diadakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri.

Disponsori oleh :

Blogcamp|LittleOstore|Tuptoday|Lozzcorner|Rumahtramoiey

25 thoughts on “Dear Pahlawanku – Selamat Naik Kelas ya, Bulik Wien

  1. Aah orang2 spt Bulik Wien yg memasak dgn hati dan melayani pembeli dgn senyuman ini selalu menjadi penyelamat.. Org tak bisa berfungsi kalau lapar… Ah, jd pengen makan urap.. Hehehe..

    Smoga menang ya Kak.. šŸ™‚

  2. sekilas mungkin kehadirannya gg cukup berarti tapi sebenarnya berarti banyak ya šŸ™‚ apalgi bertemu dan berinteraksi setiap hari, aah aku juga jadi rindu mas bakso langgananku šŸ˜€

  3. klo Bu Lik udah sembuh dan kebetulan bikin urap yang banyak, jangan kasihin kk Akin semua yaa.. tolong bu lik kirim ke puskesmas aku juga šŸ˜€

    **surat yang manis..

  4. hmmm,,, jangan2 kak akin pernah ngutang juga di warungnya…. hihihih

    Iyaa, tanpa disadari, orang2 seperti Bulik Wien, telah berjasa besar pada diri kita.
    Ikut mendoakan yang terbaik untuk Bulik Wien sekeluarga…

  5. wahhh..sukses untuk bulik wien yah kaka..salam jika bulik udah mulai jualan… sekali-sekali jualannya disampaikan lah ke jalan M Yamin..hehhehehe…
    sukses yah kaka buat kontesnya,,,

  6. wah denger kata urap jadi laper hihihih…….enak kali yach sarapan sm urap dan gorengan…soale di tempat aku urap itu adanya siang smpe sore….klo malam aja udah ngga ada……….lahh koq malah ngomongin makanan…..

    sukses utk kontesnya….senangnya bulik dah naik derajat

Leave a reply to Lidya Cancel reply