Hidup selama belasan tahun di rumah om/tanteku, aku memiliki tambahan pengetahuan tentang satwa. Meskipun tidak terlalu banyak, namun setidaknya aku pernah merasakan hidup berdekatan dengan makhluk-makhluk itu. Omku sangat menyukai memelihara hewan dan juga bercocok tanam. Lahan di samping rumah memang sengaja tidak dijual atau didirikan bangunan agar dapat menjadi wadah gerak bagi omku untuk berkreasi.
Utuk jenis unggas, ayam adalah peliharaan yang utama. Ayam bangkok dan ayam kampung cukup meramaikan halaman samping rumah setiap harinya. Beberapa ekor burung seperti jalak dan beo pernah juga hadir, namun kini tak lagi karena pada digondol maling. Sepasang angsa sempat meramaikan halaman samping juga, namun sudah wafat gara-gara digorok oleh maling yang pada suatu malam juga membawa pergi sekitar 10 ekor ayam bangkok yang (katanya) harganya mahal-mahal. Kini omku hanya memelihara ayam secukupnya saja, yang penting ada yang makanin sisa-sisa nasi agar tak jadi mubazir 🙂
Golongan primata juga pernah hadir di halaman samping. Dimulai dari monyet/beruk, bukan hanya satu tapi dua. Dua ekor siamang, si hitam manis nan imut, juga pernah kami pelihara. Sayang sekali, kedua siamang yang sebenarnya dilindungi ini mati, karena sakit 😦
Hari-hari di rumah jadi lebih ceria saat seekor orang utan hadir. Orang utan yang didapatkan omku dari seorang penebang kayu liar itu kami beri nama “Merpa”. Saat masih kecil, Merpa tidur di dalam rumah. Kami sekeluarga sangat senang saat Merpa menggelayut di bahu kami. Namun setelah cukup besar, Merpa dipindahkan ke kandang di samping rumah. Setelah beberapa tahun Merpa bersama kami, kami menyadari bahwa rumahnya bukanlah dimana ia tinggal saat itu. Jadi, kemudian omku menyerahkannya ke BKSDA Kaltim (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur) agar dapat dikembalikan ke habitat aslinya. Tak terasa, penyerahan itu terjadi sekitar 13 tahun yang lalu 🙂
-oOo-
Beberapa bulan yang lalu seekor sanca kembang mampir di halaman samping, lalu ditaruh omku di salah satu kandang ayam yang kosong. Mungkin inilah alasan mengapa beberapa ekor anak ayam hilang. Tapi kata omku, mungkin saja bukan ular itu yang memakan anak ayam, karena biawak juga berkeliaran di samping rumah. Selain biawak, ada pula sekeluarga musang tinggal di plafon rumah. Duuh… ini rumah apa kebun binatang siyh?? 😀
Saat membaca tulisan Mas Alam bahwa ular sanca itu dilindungi, aku wanti-wanti minta ke omku agar binatang ini diserahkan saja ke pihak yang berwenang. Kemudian omku menghubungi pihak BKSDA Kaltim untuk menyerahkan ular ini. Kemarin petugasnya datang, ia mengatakan bahwa ular sanca kembang ini bukan termasuk hewan yang dilindungi. Ular ini banyak dipelihara manusia untuk kulitnya atau untuk dipertontonkan. Ooo… baru tahu aku 😀
Akhirnya ular itu diberikan omku pada orang yang bersedia memeliharanya. Ternyata memelihara ular itu nggak gampang ya… Biasanya malam-malam omku menangkap kodok untuk ditaruh di kandang ular. Hiiiii… untung bukan aku yang disuruh nyari kodok. Kan GELI…. Untung juga ular itu sudah dibawa pergi. Meskipun aku tau ular sanca nggak menggigit, tetap saja bikin takut. Ular gitu loh 😯
Ternyata petugas BKSDA Kaltim yang datang kemarin adalah petugas yang sama dengan yang 13 tahun lalu datang menjemput Merpa di rumah omku. Katanya orang utan yang dulu diserahkan itu telah dilepas di pedalaman hutan Kalimantan Tengah. Wah.. kalo Merpa masih hidup hingga sekarang, pasti badannya udah gendut banget 😀
*Kangen Merpa* Hiks…..
(Maaf) izin mengamankan PERTAMAX dulu. Boleh, kan?!
Sanca kembang (Python reticulatus) memang tidak masuk list Satwa yang Dilindungi di Indonesia. berbeda dengan sanca bodo (P. molurus). Kedua reptilia ini mempunyai ciri yang hampir sama terutama pada pola batik kulitnya.
Hehe… kirain sama aja, Mas 😀
Tapi syukur banget, tu ular udah pergi
Katanya, punya hewan peliharaan itu bisa ngurangin stress juga ya? Bener gak sih?
Bener juga sih… pas ngelihat tingkah mereka yang lucu2, senang banget 🙂
Tapi memeliharanya itu yang ribet 😦
Kepedulian dalam melestarikan hewn langka sangat di dukung, walaupun salah dan mendapat koreksi dari akhlinya, saya tetap salut.
Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kecil; Maka, Kita Dapata Mengatasi Permasalahan Yasng Besar.
sukses selalu.
Salam ~~~ “Ejawantah’s Blog”
Khawatirnya bila kita beneran memelihara hewan langka, ntar kena hukuman… kan gawat tuh 😀
Serem itu ulernya… Takut ngeliatnya
Samma deh dengan diriku… takuut… 😦
Wah ular 😀 jadi sancA kembang bs dipeliHara ya? Jd pgen. .
Hadooh…
Merpa titip salam buat Akin.. bertanya apakah Akin juga udah gede sekarang? 😛
ulaarr? Bundo gak berani.. hiiii
Hehehe… Saya sih lebih berat 10 kilo dibanding waktu dulu saat Merpa masih di rumah, Bundo… 😀
Kalau ditempat saya sudah jadi lauk untuk makan siang nanti 😆
Hah?? ayam atau orang utan atau ularnya Pak? 😯
Ular-nya 😀
biasanya masyarakat disini, kalau bertemu dengan phyton pasti dijadikan lauk.
ih, kok bisa2 nya ya ular sebesar itu main ke halaman rumah
moga setelah dikandangkan ayam2 menjadi aman 🙂
Untung aja biawaknya udah mati dibunuh om, gara2 mau nyerang 😀
knapa juga ada gambar ularnya, kin… 😦
Biar lebih dramatis gitu, Mbak
hewan yang paling tidak saya suka “ular”
Hiks… sama… ulat juga, kodok juga, tyrex juga, banyak deh 😦
Sebaiknya memang diserahkan kepada dinas pertanian saja bung…
semoga bisa bermanfaat disana…
Udah kadung dikasih ke orang 😀
mbak akin, surprais bgt begitu tahu begitu banyak hewan peliharaan omnya, mbak akin?
reLakan dia menempati tempat yang semestinya…
kalau pelihara ayam,angsa, orang hutan
saya masih berani
tapi kalau ular??
duuh..ampun kak..sy paling takut sama yg satu itu
🙂
Membaca kisah ini, aku jadi inget film yang pernah disiarkan di metro tv. sebuah film jadul tapi masih sangat bagus untuk diikuti. Judulnya Born Free, kisah macan yang hidup dari rumah, sampai besar akhirnya dengan sedih dan berat hati harus dilepaskan di habitat aslinya.
itu rumah apa kebun binatang kak?
banyak bener hewan peliharaannya
ckck
aduh ngeri banget kalo dirumah ada ular, hiiiiiiii
mending nggak punya peliharaan daripada melihara ular
Saya juga termasuk penggemar binatang, tapi gak pernah melihara yg neka2 kaya’ omnya mbak. Ih… ular juga dipelihara!
wah kapan2 mampir ah kerumah kakaakin, itung2 refreshing pang, bujur jenuh neh begawe mulu… 😆
Wah…..
Jadi kaya taman safari mini…he he he
aku ngeri kalau lihat gambar ular, mbak..jadi paragraf yg deket gambar ulat aku skip, maaf….
😦
Karena aku suka binatang yang lucu dan berbulu saja….
Bagus sekali ceritanya… Om-nya Kakaakin pasti penyayang binatang tulen, karena apa saja yang mampir ke rumah pasti dirawat… termasuk ular juga… 😀 😀
whee ladalah.. banyak amit satwa-nya 😀 haha… salut tuh..
weeehh…itu gambar yang terakhir bikin aku merinding, takuuttt 😦
Kangen merpa jugak… Lhoh.. heheh…
dulu, dirumah juga dipelihara sepasang ayam serama, gak lama yang betina mati, tinggal jagonya, nah yang lucu, tuh jago ngawinin betina2 ayam biasa, maka lahirlah ayam2 campuran mereka, lucu2,, hehehe,,,
piara binatang dirumah memang menghilangkan stress ya kak
foto ularnya ngeri banget tuch boss..nakutin ah….hhehehesalam kenal aja ye…
merpa menjawab…
hallo tante akin..merpa disini,,,di hutan keren..
ada banyak gadget bagus..ada wifi juga…merpa di sini juga jadi blogger loh , di hutan juga ada mall..sekarang merpa sudah punya banyak teman..merpa dan teman..teman sudah sembuh.. 😀 😀 😀
hahahahahaaaaa, lucu juga nih komen 😆
kakakin … lama2 bisa ketularan hobby si~om – penyayang hewan peliharaan … 😀
merinding lihat ularnya..
hiiiiiiiiiyy..
Merpa pasti jauh lebih bahagia..
Wah, senang baca tulisannya.
Dulu waktu aku kecil di rumah juga melihara kucing,kelinci,merpati,ayam, dan sempat punya seekor monyet kecil -punya tetangga sih- tapi sering aku bawa kemana pergi.
Sekarang kalo mau melihara binatang suami protes…
mikirin begitu banyak jenis penyakit yang bisa ditularin hewan-hewan tersebut. Hmmmm, padahal aku suka benget, hiks…
seru juga ya rumah kayak Taman Safari gitu 😯
sampai ada yg sadis2 macam ular dan biawak.
saya kepingin juga melihara orang utan.
ekspresi mereka selalu saja innocence.
semoga tidak punah dan tetap lestari
howaaa…. Oyen paling ngeri ma ularrrr…. 😦
guede pisan euy 😦
wkwkw saya juga dulu sempat miara sanca kembang tapi mati dimakan tikus..hah? g kebalik ya? xixi ularnya masih bayi sih soalnya .. 😀