Mendung di Hatiku

DSC01122

Beberapa hari ini terlalu banyak hal yang kupikirkan. Ada yang penting, ada yang nggak penting bangett… Kalau masalah pribadi atau masalah keluarga (padahal masih single) mau nggak mau harus dipikirin. Trus masalah orang lain, koq ikutan kepikiran juga ya??

Karena lagi malas nyari bahan tuk postingan yang berat-berat dan harus browsing sana-sini, yowis… aku ingin menuangkan apa yang ada di kepalaku aja saat ini, takutnya overloading… πŸ™‚ Muhun maap kalo ini rada nggak/kurang bermanfaat bagi sodara-sodara yang baca (syukur deh kalo dibaca)… SIJAK!!! (ala taekwondo nih…)

1. Di kantung celana sepupuku, cowok, yang tinggal serumah dengan kami dan baru mulai kuliah ditemukan 4 kantung tablet bertuliskan DMP pada setiap tabletnya. Β Masing-masing kantung berisi 10 tablet. Ini merupakan pukulan yang berat bagi keluargaku. Aku tau tablet apa itu, DMP atau dextromethorphane adalah sejenis anti tusif atau obat batuk yang biasanya terkandung di dalam obat batuk yang dijual umum di pasaran.

Untuk kalangan pengguna (obat) yang kere, DMP ini memiliki efek yang ‘lumayan lah’ kalo mau ‘fly’, dengan cara meminum beberapa butir sekaligus. Menurut kabar, obat ini dijual Rp 1000 per bungkusnya. Dan aku benar-benar nggak tau harus bagaimana caranya menghadapi sepupuku itu. Walaupun diriku perawat, tapi jika berkaitan masalah drug abuse dalam keluargaku, diriku langsung speechless terhadap orang yang bersangkutan. Aku merasa, bila aku kberbicara dengannya, takkan ada kata yang dapat terucap selain air mata yang mengalir, karena aku merasa sangat sedih sesedih-sedihnya.

Salut deh sama temanku, saat menemukan bong di kamar adiknya, dia mengatakan “kamu berhenti, atau polisi ke rumah kita…” yah, setidaknya ada kata yang keluar. Lah, diriku…hingga kini belum membicarakan hal ini dengan sepupuku… 😦 Bingung… (biasanya ada yang nyuruh pegangan nih… )

2. Beberapa hari yang lalu aku mengantar pasien (merujuk) dari puskesmasku ke IGD RSU, dengan cara naik ambulan kami yang apa adanya. Kududuk bukan di samping pak kusir atau supir yang sedang bekerja…melainkan kududuk di belakang, di sisi pasien sambil memeras botol infus agar lebih banyak cairan yang dapat masuk ke tubuh pasien tuk menggantikan perdarahan hebat yang terjadi akibat kecelakaan. Ambulan melaju sangat kencang, dan perasaan ku saat itu adalah pusing berat! Yah, aku mabuk sodara-sodara!! Dengan satu tangan memegang infus, tangan lain meraba nadi pasien, stetoskop di telinga, mataku terpejam beberapa saat sambil memperbaiki perasaanku. Tarik napas pelan-pelan…keluarkan pelan-pelan… Ah, tapi sangat sulit didalam ambulan yang secepat itu. Beruntung aku nggak muntah, karena bakalan malu banget sama keluarga pasien yang juga ada bersamaku saat itu… 😦

Pasien tersebut adalah seorang bapak2 yang juga adalah tetangga puskesmas kami, sehingga lumayan kenal dengan bapak itu dan keluarganya. Karena perdarahan yang terlalu banyak, akhirnya bapak itu tak terselamatkan, walaupun pertolongan yang diberikan sudah maksimal. Jreeng… babak baru mulai… Setelah diberitahu dokter IGD RSU bahwa bapak itu tak terselamatkan, anggota keluargapun mulai menangis… Tokoh utama adegan ini adalah sang istri (maksudnya suara yang paling nyaring), maraung-raung sambil mengucapkan kata-kata yang biasa dilontarkan oleh orang yang merasa kehilangan, antara lain: “pak….jangan pergi, pak…” atau “pak…jangan tinggalin aku, pak…” atau “Pak…bagaimana nanti aku sama anak-anak, pak…” de el el.

Aku pernah mendengar dari kawanku, ada kalimat yang sangat efektif untuk menghentikan tangisan orang yang kehilangan seperti itu (sudah terbukti katanya). Kucoba deh menerapkannya. Kudekati ibu itu yang sedang terduduk di lantai IGD…action!

Aku : ” Bu, dengarkan saya!”

Ibu : (masih meraung-raung)

Aku : (kugoyang-goyangkan bahu ibu itu) “bu, coba dengarkan saya!”

Ibu : (terdiam sejenak sambil menatapku)

Aku : “Bu, relakan kepergian suami ibu… ini berarti Tuhan lebih sayang sama suami ibu…

Ibu : “tapi suami saya orang baik, suster…huu..hu…”

Aku : “Iya bu, karena itu… Tuhan lebih sayang sama suami ibu…”

Ibu : “huaa…hua… aku nggak mau suamiku diambil…” (kembali menangis meraung-raung)

Jyah… ternyata aku nggak berhasil dengan kalimat itu. Memang sejak dulu aku agak susah dalam menghadapi orang yang berduka. Ada ide nggak ya… kira-kira kata-kata apa lagi yang bisa kugunakan untuk menghadapi situasi seperti ini???

Wah sepertinya postingan ini bakal nyambung ke jilid 2 nih…

23 thoughts on “Mendung di Hatiku

  1. (maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
    Yang pasti gak bakat jadi politisi; Lha wong ngerayu ibu-ibu aja gak bisa aalagi ngerayu rakyat.
    SWakakakakak

  2. 1. aku gak bakal suruh Akin Ssi pegangan kok, tp suruh cari kursi buat duduk…
    2. kyknya sulit deh cari kata2 yg bs menenangkan orang yg sdg histeris krn kehilangan orang tercintanya. bgmn kl Akin Ssi pegang pundaknya sambil diremas atau ditepuk2 aja…saat itukan mereka gak bth kata2, tp kekuatan…
    kutunggu jilid 2nya…

    • hehehe… diriku ternyata memang tidak pandai berkata-kata… πŸ™‚
      Apa daya, kekuatan juga ku tak punya begitu banyak….krn sudah terkuras waktu di ambulan… πŸ˜†

  3. 1. mungkin harus diadakan pendekatan dgn cara mengajak bicara tdk dgn nada menyalahkan Kakaakin, tp mencoba memahami apa yg membuatnya melakukan hal demikian.
    2. kadang pada saat2 kritis seperti itu, tdk ada kata2 yg dapat diterima seketika oleh pihak keluarga, buatlah jarak agak sejenak lalu katakanlah hal2 yg bersifat empati terhadap keluarga yg tertimpa musibah.
    semoga Kakaakin selalu dlm lindunganNYA dan selalu sehat.
    Selamat bekerja.
    Salam.

    • Gud aidea tuh, Mas…
      tapi… di skitaran tampat kerja saya, yang berada di pinggiran kota, sinyal GPRS aja timbul tenggelam…
      Tapi saya diberi tau, katanya ada beberapa suku di Indonesia yang memang mesti histeris bila ada keluarga yang meninggal… Beneran gitu ya???

  4. kakakkkkkkkkk baru tau itu aku kalu bisa haiflai sama obat itu.

    nama obatnya apa ya, kalu ke warung bilang mau beli obat DMP ngerti g ya yang jual :mrgeen:

    bukan, beneran bukan, bukan seperti yang dipikirkan πŸ˜†

    • DMP (dextrometorphane) biasanya ada dalam setiap obat batuk atau obat flu + batuk. Misalnya kalo queen beli obat batuk yg sachetan, pelototin dah komposisinya…
      Nah, biasanya kalo kita minum obat batuk/flu itu ‘kan bs ngantuk…spertinya efek itu yang pengen dicari oleh para drug abuser kere itu.
      Kalo minum satu, dirasa kurang…minum aja 10… dijamin OD 😦

      Warning: berbahaya!!!!
      dont try this at home!!!!!!!

  5. Akin ssi…
    KATA memang kadang tidak cukup atau bahkan tidak mampu mewakili apa yang dalam perasaan kita…
    demikian juga KATA sering kali tidak cukup untuk mengubah seseorang untuk berubah….
    suatu saat ‘ bahasa sikap lebih fasih dari bahasa lisan ‘
    semoga Tuhan mendengar apa yang ada dalam hati dan pikiran Akin ssi dan mengabulkan keinginannya.. amiin..

  6. turut prihatin dengan yang dialami sepupunya.
    semoga semuanya bisa diselesaikan dengan baik.
    salam kenal ya.
    ini kunjungan pertama

  7. untuk masalah yang pertama, aq rasa harus dibicarakan dengan seluruh anggota keluar mab..jangan dipemdem sendiri. kalo mba emang sayang ma sepupu mba ya harus diingetin mba..kalo mba gak berani ato takut gak didengerin mending biar orang yang tertua di keluarga mba yang bicara sama spupumu itu..
    tanya apa motivasinya pake DMP?
    tanya untuk apa dmp ada disakunya?
    pokoknya ajak bicara baik2, kalo ngeyel mending gak usah dikasih uang jajan aja.kalo masih ngeyel, jangan dibolehin kuliah aja mba.masih ngeyel juga bilangin aja ibunya, ato pulangin ke ibunya aja..

  8. ikut prihatin akin… mudah2an ditemukan solusi yang terbaik bagi keluarga.
    untuk menghentikan seseorang yang histeris, pegang atau peluk dia. memang perlu kata2 yang tegas juga untuk mengembalikan kesadarannya, tentu saja dengan kata2 yang menenangkan dan menghibur. ini berdasar pengalamanku, tapi kehisterisan tiap orang berbeda2 dan semoga akin makin banyak pengalaman dan makin sabar serta sukses pekerjaannya. ok πŸ™‚

Leave a reply to Kakaakin Cancel reply